Pendidikan

Hanifah Atmi Nurmala Guru SMAN Ploso Asal Desa Kabuh Jombang, Sosok Wanita Sukses Karir dan Keluarga

×

Hanifah Atmi Nurmala Guru SMAN Ploso Asal Desa Kabuh Jombang, Sosok Wanita Sukses Karir dan Keluarga

Sebarkan artikel ini
Hanifah Atmi Nurmala

Desakita.co – Hanifah Atmi Nurmala, wanita asal Desa/Kecamatan Kabuh yang kini menjadi guru PAI di SMAN Ploso merupakan seorang wanita yang memiliki semangat tinggi untuk belajar.

Menurutnya, pendidikan sangat penting bagi seorang wanita, baik dalam membangun karier maupun membina keluarga.

”Biar tidak ketinggalan, saya sering ikut kegiatan-kegiatan online untuk upgrade diri,” jelas Hanifah.

Hanifah memulai pendidikan dasarnya di MI Nidhomiyah Kabuh. Lulus MI, ia kemudian bermukim di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas. Ia melanjutkan pendidikan di bangku MTsN 3 Jombang dan berlanjut di MAN 3 Jombang.

Baca Juga: Intip Profil Sunarsih Atlet Softball Nasional yang Kini Jadi Guru di SMPN Sumobito Jombang

Setelah lulus MAN 3 Jombang tahun 2003, ia tak langsung kuliah. Ia baru kuliah pada tahun 2004 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI.

Beberapa bulan setelah lulus, ia langsung mengikuti tes CPNS, SK-nya diterima per 1 Januari 2009 di SMAN Ploso. Ia mengajar PAI sampai sekarang.

”Karena saya tinggal di Desa Kabuh, jadi didekatkan sengan domisili,” jelasnya.

Ia sempat menempuh S2 di Unipdu Jurusan Manajemen Pendidikan Islam tahun 2012, tapi karena cuti hamil dua kali dan melahirkan, ia yang saat itu tinggal tesis memilih untuk tidak melanjutkan.

”Sebab kalau melanjutkan biayanya juga lumayan, jadi saya pilih berhenti,” katanya.

Niatnya untuk kuliah masih menggebu. Terbukalah jalan, pada 2020 ia mendapatkan beasiswa persatuan guru NU (Pergunu) di Universitas KH Abdul Chalim lulus pada 2022.

Setelahnya ia melanjutkan jenjang S3 di universitas yang sama. ”Sekarang sudah semester 5, proses kualifikasi ujian disertasi,” kata wanita kelahiran 26 Januari 1985 tersebut.

Menurutnya, pendidikan bagi seorang wanita sangat penting.

Baca Juga: Profil Soeharto Ketua PMI Kabupaten Jombang: Perintis Berdirinya PMI Jombang, Aktif Sejak 1980

Terlepas dari kepentingan karier, pendidikan penting untuk dimiliki ketika menjadi seorang ibu. ”Karier itu kan pilihan ya, sedangkan kualitas perempuan dilihat dari pendidikannya,” jelasnya.

Baik memilih sebagai ibu rumah tangga atau menjadi wanita karier, pendidikan tetap penting. Pengasuhan anak dari ibu yang berpendidikan dengan yang tidak juga pasti berbeda.

”Pendidikan itu sangat penting, tidak hanya untuk mencari pekerjaan, tapi juga membangun generasi bangsa,” katanya.

Hanifah sendiri sampai saat ini masih giat dalam belajar. Meski begitu ia memahami betul konsekuensi yang harus ditanggung ketika ia memilih untuk kuliah setelah menjadi guru dan menjadi ibu.

”Banyak hal yang dikorbankan, mulai dari waktu, fisik, materi, hingga mental.

Dukungan dari orang-orang terdekat menurutnya yang sangat penting, utamanya dari suami. Sebelum menentukan lanjut kuliah ke jenjang lebih tinggi, ia meminta masukan, saran dari suaminya.

”Saya butuh partner yang mendukung langkah saya, mendorong langkah saya meraih mimpi, dan alhamduluillah suami sangat mendukung, sebab keinginan saya untuk kuliah S2 dan S3 sudah saya utarakan sejak awal menikah,” tambahnya.

Baca Juga: Profil Lengkap Pj Bupati Jombang Teguh Narutomo: Awali Karir Jadi Dosen Hingga Inspektur Khusus Kemendagri

Rumah tangga adalah mubadalah, begitu menurut Hanifah. Yang artinya berbagi peran dalam rumah tangga, mengasuh anak, dan saling mendukung di bidang masing-masing.

Seperti Hanifah yang harus membagi waktu dan peran bersama suaminya.

Pagi kedua anaknya diantarkan sekolah oleh suaminya, sedangkan ia yang bertugas menjemput pukul 15.30. Sementara ia mengerjakan tugas ketika malam, tidak mengganggu waktunya bersama keluarga maupun ketika sedang bekerja. ”Apalagi sekarang mengerjakan disertasi, jadi wajib belajar untuk menyelesaikannya,” tambahnya.

Selain upgrade keilmuan melalui perkuliahan, Hanifah juga upgrade diri dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan cara online.

Serta aktif di berbagai organisasi seperti MGMP PAI Kabupaten Jombang, Pergunu, anggota komite komunikasi digital (KKD), juga komite edukasi Mafindo (masyarakat anti fitnah Indonesia).

Hanifah juga guru penggerak yang telah lulus pada angkatan kedelapan. Ia juga memiliki kesempatan untuk menjadi kepala sekolah. Hanya saja, jabatan itu belum diinginkannya sekarang.

Saat ini ia masih menikmati masa-masa menjadi guru. Menurutnya guru merupakan profesi yang menyenangkan, menghadapi siswa yang berubah-ubah setiap jam, meski ada rasa jengkel, ia menikmati hal tersebut.

”Awalnya memang tidak bercita-cita sebagai guru, ayah saya sebagai guru, setelah saya terjun di dunia pendidikan, ternyata menjadi guru adalah hal yang menyenangkan,” pungkasnya. (wen/naz)

 

 

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *