Desakita.co – Situs Goa Made merupakan bangunan era klasik yang ditemukan di areal hutan Desa Made, Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang.
Bangunan yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke 10-11 masehi ini diduga peninggalan Raja Airlangga.
Banyak misteri yang tersimpang di Goa Made, salah satunya bunker atau lorong bawah tanah tertua di Jombang.
Menurut juru pelihara Goa Made Fefi Irawati, situs itu pertama kali ditemukan warga sejak 1980-an.
Saat itu, warga yang sedang mencari emas menemukan struktur batu bata berukuran besar.
“Ini cerita dari ayah saya yang dulunya Jupel Goa Made, jadi setelah penemuan itu, ramai sekali, sempat dikarciskan bahkan,” ujar dia.
Saking ramainya, Perhutani selaku pemilik lahan akhirnya menghentikan aktivitas tersebut karena dikhawatirkan akan merusak hutan.
Aktivitas temuan struktur itupun vakum. Hingga di tahun 1990-an, ayah Fefi yakni Bakri mendapatkan pembagian lahan pertanian di hutan.
“Kebetulan bapak dapat pas di lahan yang ada situsnya itu, sejak itulah bapak saya membersihkan dan mulai perawatan, sampai akhirnya jadi jupel,” lontarnya.
Nama Goa Made makin terkenal sekitar tahun 2000 setelah dilakukan penggalian pertama dan bersifat survei secara umum.
Penggalian arkeologis kemudian dilanjutkan 2006 dan 2007.
Peninggalan gua ini berupa struktur bata berukuran cukup besar yang membentuk lorong atau terowongan di bawah tanah.
“Bentuknya terowongan tanah, tapi di beberapa titik itu ada bangunan bata, dalamnya itu lumayan, saya bisa berdiri di dalam kok,” imbuhnya.
Di dalam goa tersebut pernah ditemukan sejumlah topeng perunggu, pecahan tembikar, fragmen porselin dan tembaga.
“Waktu ekskavasi saya kebetulan ikut jadi tenaga lokal, dan kondisi di dalamnya pengap sekali, karena jadi sarang kelelawar,” lontarnya.
Menurut Fedi, ekskavasi terakhir di Situs Goa Made berlangsung pada 2007 lalu, setelah adanya gempa Jogjakarta.
Dari kegiatan itu, lubang dalam goa yang telah dibuka sekitar 40-50 meter panjangnya. Dari Hasil ekskavasi itu, beberapa arkeolog menginterpretasikan bangunan itu dengan berbagai fungsi.
“Ada yang menyebut saluran air, ada yang menyebut bunker, ada juga yang menyebut tempat persembunyian, ada yang menyebut terowongan,” tambahnya.
Sayang, kini kondisi Goa Made tak bisa lagi dimasuki. Kondisi tanah yang rentan, membuatnya berbahaya dimasuki manusia.
Bahkan, salah satu lubang yang dibuka dalam ekskavasi sudah ambles.
“Kalau sekarang tinggal satu lobang yang utuh di tengah, lubang di sisi timur sudah amblek, namun tetap dijaga saja kebersihannya,” pungkasnya. (riz/ang/ang)