DesaKita.co – Cuaca tak menentu menjadi pukulan telak bagi petani buah melon di Dusun Pucanganom, Desa Pucangsimo, Kecamatan Bandarkedungmulyo, Jombang.
Lantaran terus-terusan diguyur hujan, puluhan hektare tanaman melon petani rusak.
Akibatnya, petani terancam gagal panen.
Pantauan di lapangan pada Selasa (8/7), hamparan tanaman melon di sejumlah petak sawah tampak rusak.
”Ini tanam yang kedua. Tanaman pertama habis kena banjir. Sekarang saya tanam lagi jenis amanda. Usianya sudah 35 hari, tapi sekarang malah kena hujan terus-terusan,” kata Muslik saat ditemui di area persawahannya.
Muslik menambahkan, tanaman melon sangat sensitif terhadap perubahan cuaca, terutama hujan yang berkepanjangan. Selain menyebabkan tanah jenuh air, curah hujan yang tinggi juga memicu pertumbuhan jamur dan hama.
”Kalau sudah hujan terus, jamur mudah menyerang. Kami harus rutin menyemprot tanaman. Biasanya tiga kali seminggu,” ujarnya.
Baca Juga: Disperta: Areal Tanaman Kopi di Jombang Capai 1.218 Hektare
Menurutnya, untuk mengelola 1 hektare lahan melon, ia mengeluarkan biaya sekitar Rp 50 juta.
Biaya tersebut mencakup pengolahan lahan, pembelian bibit, pupuk, hingga pembelian pestisida. Bila cuaca mendukung, dalam satu kali panen petani bisa memanen hingga 35 ton melon.
”Kalau harga bagus, seperti tahun lalu sekitar Rp 5.000 per kilogram, bisa dapat untung. Tapi sekarang kita belum tahu. Kalau terus-terusan hujan, bisa gagal lagi. Harapannya semoga harga tahun ini naik, setidaknya bisa menutup modal,” ucapnya.
Di sisi lain, Kepala Dusun Pucanganom Moh Imam Mawahib mengatakan, buah melon menjadi andalan petani di wilayahnya.
Pada musim tanam ini, terdapat sekitar 100 hektare lahan yang ditanami melon oleh sekitar 80 petani di wilayahnya.
Namun kondisi cuaca ekstrem yang tak menentu membuat sebagian besar dari mereka mengalami gagal panen. Imam menyebut, ini merupakan musim tanam terburuk dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Panen Melimpah, Kopi Robusta Jadi Andalan Petani di Desa Panglungan Wonosalam Jombang
”Sekitar 80 persen petani mengalami gagal panen. Rata-rata biaya tanam melon per hektare bisa mencapai Rp 70 juta hingga Rp 100 juta. Itu belum termasuk biaya tambahan kalau harus menyemprot lebih banyak karena hujan,” jelasnya.
Ia menambahkan, jika cuaca mendukung dan panen berjalan lancar, hasil panen dari 1 hektare lahan bisa mencapai Rp 200 juta hingga Rp300 juta. Namun kondisi saat ini justru membuat banyak petani tidak bisa memanen sama sekali.
”Bisa dibayangkan kerugiannya. Selain rugi materi, petani juga kehilangan waktu dan tenaga. Ini bukan pekerjaan singkat, butuh proses dua bulan lebih dari awal tanam sampai panen,” terangnya.
Imam berharap pemerintah memberikan perhatian serius terhadap kondisi petani melon di wilayahnya. Menurutnya, bantuan berupa subsidi pupuk dan pestisida sangat dibutuhkan agar petani bisa bertahan dan kembali menanam.
”Kami mohon ada bantuan, khususnya untuk biaya sarana produksi. Saat ini banyak petani yang sudah tidak sanggup lagi membeli pupuk atau pestisida sendiri,” tandasnya. (riz/naz)