Lifestyle

Cerita Efik Mufidah Dirikan Panti Asuhan Ar Ridlo di Desa Peterongan Jombang

×

Cerita Efik Mufidah Dirikan Panti Asuhan Ar Ridlo di Desa Peterongan Jombang

Sebarkan artikel ini
Efik Mufidah, SsosI pengasuh Panti Asuhan Ar Ridlo di Dusun Pajaran, Desa/Kecamatan Peterongan

Desakita.co – Efik  Mufidah, SSosI sangat mencintai dunia anak-anak.

Perempuan yang juga pengasuh Panti Asuhan Ar Ridlo di Dusun Pajaran, Desa/Kecamatan Peterongan mencurahkan perhatian, merawat semua anak asuhnya dengan tulus dan penuh kasih sayang tanpa tak pernah membeda-bedakan.

”Saya tidak pernah membeda-bedakan, perlakuan saya kepada anak-anak kandung saya maupun kepada anak asuh saya, semua saya sayangi dan saya cintai dengan sepenuh hati,” kata istri Mochammad Rodly, SE tersebut.

Setiap pagi, kegiatan Efik begitu padat. subuh, ia sudah pergi ke asrama  Ar Ridlo untuk mengikuti kegiatan salat jamaah dan ngaji.

Hingga pukul 05.45, seluruh siswa dipastikan sudah siap untuk berangkat ke sekolah.

”Sarapan di rumah semua, saya boyong semua ke rumah untuk sarapan,” katanya.

Baca Juga: Tiga Kali Berlebaran di Mesir, Ini Cerita Arini Shohihalhaq Warga Peterongan Jombang Kuliah di Universitas Al Azhar Mesir

Setelah seluruh santri berangkat sekolah, Efik kemudian melanjutkan kegiatannya di toko kain miliknya.

Sore hari setelah semua anak didiknya pulang sekolah, ada kegiatan ngaji dan les materi yang diajarkan di sekolah. Kegiatan ditutup dengan makan malam bersama.

Gedung asrama panti asuhan Ar Ridlo sudah ada sejak 2009.

Bedanya, kala itu Panti Asuhan Ar Ridlo belum seperti sekarang. Santri datang hanya untuk mengaji, tidak ada santri yang bermukim di asrama.

Baca Juga:  Tradisi Ngabuburit Era Generasi Z di Jombang

”Kegiatan baru ngaji dan santunan-santunan, belum ada yang tinggal di asrama,” kata Efik.

Santri pertama baru ada tahun 2015, ketika teman sesama pengasuh panti memiliki tiga anak asuh yang akan melanjutkan sekolah aliyah di Jombang.

Baca Juga: Cerita Muhlashon Jalaluddin Warga Desa Pucangsimo Jombang Tinggal di Mesir (1): Tinggal Sejak 1991, Aktif Organisasi NU di Mesir

”Tiga santri itu yang kemudian mancing santri yang lain, karena rata-rata santri yang biasanya ikut ngaji anak sekitar sini sendiri, jadi tidak ada yang mau tinggal di asrama,” jelasnya.

Saat ini santri Ar Ridlo sudah ada 23 anak.

Total keseluruhan dengan santri yang non-asrama ada 48 anak.

Yang paling kecil usia 1,5 tahun yang dirawat sejak bayi, dan yang paling besar sudah mahasiswa.

”Ada yang dari nol tahun, ada yang ke sini sudah SD, atau sudah besar juga ada. Yang lulus sudah menikah juga sudah banyak,” ungkapnya.

Biasanya anak-anak yang dirawat Efik adalah anak-anak korban perceraian, anak-anak yang ibunya masih sekolah, atau korban pernikahan siri.

”Daripada dibunuh atau dibuang, lebih baik diserahkan langsung, karena mereka memiliki hak untuk tumbuh dewasa dengan baik,” jelasnya.

Rasa mencintai anak-anak yang bukan anak kandungnya tersebut muncul sendiri dari hati, apalagi yang sudah dirawat sejak bayi, memiliki tempat sendiri di hati Efik.

Baca Juga:  Wujudkan Swasembada Pangan, Pemkab Jombang dapat Apresiasi Kementan

Baca Juga: Cerita Muhammad Agil, Alumus MQ Tebuireng Desa Cukir Kuliah di Universitas Al Azhar Mesir Lewat Beasiswa dari PBNU

”24 jam dia sama saya, mulai bayi, tidurpun dengan saya, memang beda rasanya merawat yang dari bayi, atau yang datang ketika sudah besar, meski kepada yang sudah besar pun juga sangat saya sayangi,” katanya.

Efik tidak hanya memberikan kasih sayangnya kepada anak, tapi juga mendidik dan memenuhi seluruh kebutuhannya. Yang ia tekankan adalah pendidikan akhlak dan kemampuan anak dalam membaca Alquran.

Anak-anak yang memiliki kelebihan di bidang akademik maupun non-akademik didukungnya dengan memberikan fasilitas pendidikan terbaik.

”Saya carikan sekolah yang bagus, kalau yang kemampuannya biasa saja ya sekolah dekat-dekat sini, agar tidak keteteran dengan teman-temannya yang lain,” kata wanita kelahiran Jombang, 30 oktober 1979 tersebut.

Saat ini, anak-anak Efik ada yang mondok tahfid di Malang, ada yang kuliah, bahkan pernah ada yang sekolah SMK Penerbangan.

”Kami tidak membatasi pendidikannya, demi masa depan yang baik dan mengangkat derajat adik-adiknya,” ungkapnya.

Efik juga tak membeda-bedakan fasilitas yang ia berikan kepada anak-anak kandungnya, dengan anak-anak asuhnya. Seperti pakaian, sepeda, hingga semua kebutuhan diberikan sama.

Baca Juga:  Suka Boros Ketika Punya Uang? Inilah Tips Jitu Mengatur Keuangan Bagi Gen Z

”Saya berharap, anak-anak saya menjadi anak-anak yang solih solihah, saya hanya mencari keberkahan di dunia,” ungkapnya.

Sekuat tenaga, ia membuat anak-anak tidak merasa kekurangan. Dan terus memberikan motivasi agar mereka tidak minder dengan teman-temannya. Salah satu cara yang biasa dilakukan yaitu diajak berkunjung ke panti asuhan lain untuk bersilaturahmi.

Baca Juga: Cerita Cahyani Ratna Sari Alumnus SMK BIM Jombang Sukses Berkarir di Jepang Sejak 2019

”Tujuannya, agar mereka bisa refleksi, bahwa kehidupan kita jauh lebih baik, banyak saudara-saudara yang masih di bawah kita, dengan fasilitas panti yang minim, itu juga masih banyak, dan mengajak anak-anak untuk terus bersyukur. Biasanya sama abah (suami Efik) jalan-jalan ke panti-panti lain, disetiri abah sendiri kadang-kadang,” ungkapnya.

Kegiatan bersosial ini juga ia tularkan kepada anak-anaknya. Ia meminta agar anak-anak menyayangi adik-adiknya dengan sepenuh hati seperti atau kakak sendiri.

”Anak pertama saya, minta satu kamar di asrama, tujuannya untuk menjaga adik-adiknya,” ungkapnya.

Meski begitu, Efik terus berupaya agar anak-anak asuhnya bisa tetap sambung dengan keluarganya.

”Bagi yang masih punya keluarga saya juga tetap sambungkan, agar mereka tetap merasa masih punya kakek atau nenek, tapi kalau memang benar-benar tidak dikehendaki ya seterusnya dengan saya,” jelasnya. (wen/naz)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *