Desakita.co – Tujuan utama puasa yakni meraih predikat takwa. Sebagaimana disebutkan dalam QS Albaqarah 183.
’’Tingkatan takwa setiap orang tidak sama. Takwa itu sesuai kemampuan dan kondisi masing-masing orang,’’ kata Pembina Yayasan Unipdu, KH M Zainul Ibad (Gus Ulib), saat menyampaikan materi kajian Ramadan yang digelar pusat studi Alquran (PSQ) di Islamic Center Unipdu, Selasa (2/4).
Di tafsir Jalalain disebutkan; Ketika turun QS Ali Imron 102; Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya.
Para sahabat langsung bertanya kepada Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam: Siapa yang mampu melaksanakan itu? Nabi diam tidak menjawab.
Kemudian Allah SWT menurunkan QS Attagabun 16; Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.
’’Orang yang setelah Ramadan usai kebaikannya semakin bertambah, rasa takutnya kepada Allah SWT juga semakin tinggi, maka dia sudah masuk ketegori bertakwa,’’ terangnya.
Ciri lain orang bertakwa yakni selalu muhasabah, introspeksi diri. Hari ini apa saja dosa yang dilakukan, langsung ditobati.
Hari ini berbuat salah kepada siapa saja, langsung minta maaf.
’’Yang berhak menilai tingkat ketakwaan seseorang hanya Allah SWT,’’ tegasnya. Kita tidak bisa menilai kadar takwa seseorang.
Misalnya ada miliarder sedekah Rp 1 juta. Lalu ada orang dengan penghasilan sebulan Rp 1 juta, sedekah Rp 20 ribu. ’’Bisa jadi yang sedekah Rp 20 ribu ketakwaannya lebih tinggi,’’ urainya.
Takwanya santri dan kiai jelas beda. ’’Takwanya mahasiswa dan dosen pasti beda. Takwanya orang berilmu dan tidak harus beda,’’ tandasnya.
Apapun tingkat ketakwaannya, ciri yang paling umum yakni melaksanakan perintah Allah SWT serta menjauhi laranganNya. (jif/naz/ang)