Prof Zainuddin Maliki
Desakita.co – Desa Inegena yang terletak di Kecamatan Bajawa Utara, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT), kini menjadi sorotan sebagai desa ekspor kemiri yang sukses berkat program pembangunan terpadu.
Keberadaan Desa Inegena ini bukan hanya menjadi pusat produksi kemiri lokal, melainkan juga menembus pasar internasional, berkat dukungan program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD) yang dijalankan oleh Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT) bekerja sama dengan International Fund for Agricultural Development (IFAD).
Menurut Prof Zainuddin Maliki, Penasihat Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendesa PDT) Bidang Evaluasi dan Monitoring yang mengunjungi Desa Inegena tersebut, mengatakan hutan yang ada di desa ini bukan sembarang hutan.
“Hutan kemiri di sini merupakan sumber penghidupan utama bagi masyarakat. Setiap Kepala Keluarga (KK) memiliki rata-rata satu hektar lahan kemiri,” ujar Prof Zainuddin Maliki.
Menurutnya, harga kemiri saat ini mencapai sekitar Rp35 ribu per kilogram, dengan potensi panen dua kali setahun. Hal ini menciptakan peluang ekonomi yang luar biasa bagi warga desa.
Prof Zainuddin menyampaikan optimisme bahwa produk kemiri dari Inegena tidak hanya akan melayani pasar lokal, tetapi juga pasar global.
“Pada September lalu, berkat bantuan matching bisnis dari Direktorat Jenderal Pengembangan Ekonomi dan Investasi Desa (Dirjen PEID), desa ini berhasil mengekspor dua ton kemiri ke Jeddah, Arab Saudi.” ungkap Prof Zainuddin.
Keberhasilan Desa Inegena tidak lepas dari dukungan Program TEKAD. Pada 2022, dana sebesar Rp100 juta dialokasikan untuk kegiatan Demonstrasi Plot (Demplot) pengolahan kemiri menjadi minyak kemiri. Dana tersebut digunakan untuk membeli mesin pemecah kemiri, freezer, mesin pemeras minyak, dan botol kemasan.
Tahun berikutnya, Pemerintah Kabupaten Ngada menambahkan fasilitas berupa mesin pemecah kemiri, oven, dan kulkas.
Selain itu, dana sebesar Rp260 juta dari TEKAD digunakan untuk membangun Solar Dome Dryer, serta membeli freezer dan mesin vacuum sealer. Fasilitas ini meningkatkan kapasitas produksi dan mutu produk kemiri desa.
Desa Inegena juga menerapkan model Perencanaan Partisipatif Pembangunan Ekonomi Kampung (P3EK), yang terintegrasi dalam mekanisme reguler Perencanaan Pembangunan Desa (PPD).
Model ini melibatkan masyarakat secara aktif dalam merencanakan dan mengelola pembangunan ekonomi desa, sehingga produk kemiri menjadi potensi lokal unggulan yang dikembangkan secara berkelanjutan.
BUMDes “Maju Bersama” yang mengelola unit usaha di desa membuka berbagai peluang kerja bagi warga. Warga dapat menjual kemiri langsung ke BUMDes dengan harga yang menguntungkan.
Tidak hanya menghasilkan kemiri bulat dan minyak kemiri, desa ini juga memanfaatkan limbah cangkang kemiri menjadi briket, menambah nilai ekonomi dan ramah lingkungan.
Atas pencapaian tersebut, Desa Inegena dianugerahi sebagai Desa Program TEKAD Terbaik Tingkat Nasional pada tahun 2024.
Prof Zainudin Maliki berharap desa ini menjadi pusat pertumbuhan ekonomi tidak hanya di Kabupaten Ngada, tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia secara luas.
Program TEKAD merupakan kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan IFAD, yang dijalankan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Ekonomi dan Investasi Desa Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal.
Program ini bertujuan meningkatkan nilai tambah ekonomi rumah tangga perdesaan melalui pengembangan usaha ekonomi produktif yang berkelanjutan di 25 kabupaten di sembilan provinsi, termasuk Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, dan wilayah Papua.
Desa Inegena menjadi contoh nyata bagaimana potensi lokal, didukung oleh program terpadu dan partisipasi masyarakat, mampu mengangkat ekonomi desa ke tingkat yang lebih tinggi.
Dengan ekspor kemiri yang sudah menembus pasar internasional, desa ini menunjukkan bahwa pengembangan sumber daya alam yang tepat dan terencana dapat membuka peluang baru bagi kesejahteraan masyarakat. (ang)






