Desakita.co – Dinas Pertanian Jombang terus berupaya memajukan tingkat hidup dan hasil pertanian Jombang.
Salah satunya, dengan menggenjot varietas perkebunan alias pertanian non padi di Jombang.
’’Sektor pertanian dan perkebunan memang bukan pendongkrak utama ekonomi Jombang, namun produksi dan produktivitas hasil pertanian sangat mempengaruhi bergeraknya sektor lain,’’ kata Kepala Dinas Pertanian Jombang, M Rony.
Kabupaten Jombang memiliki potensi produksi tanaman pangan yang sangat besar.
Bahkan jadi salah satu lumbung pangan Jatim. Namun, komoditas perkebunan merupakan komoditas potensial yang layak dikembangkan di Kabupaten Jombang.
Rony menjelaskan, pengembangan sektor perkebunan di Kabupaten Jombang semakin hari menunjukan tren positif, mengingat potensinya yang luar biasa.
Terutama dengan komoditas unggulan seperti tembakau, tebu, dan kopi. Ini menjadikan peluang pengembangan peningkatan pendapatan petani perkebunan.
Hal itu dibuktikan dengan data statistik yang menunjukkan pengembangan perkebunan rakyat di Kabupaten Jombang masih di dominasi oleh komoditas tebu. Pada 2023 luas areal tanaman sebesar 10.543 hektare, dengan produksi 826.711,97 ton (tebu giling).
’’Dibandingkan angka statistik Jawa Timur, posisi Kabupaten Jombang menempati peringkat keempat se-Jawa Timur setelah Kab Malang, Lumajang, dan Blitar,’’ lanjutnya.
Selain tebu, sektor perkebunan di Jombang yang juga berkembang pesat adalah komoditas tembakau.
Seluas 5.590,5 ha dengan produksi daun basah 57.941,3 ton.
Baca Juga: Gara gara Ini, Panen Tembakau Empat Desa di Kecamatan Plandaan Jombang Mundur
Jika dibandingkan angka statistik Jawa Timur, posisi Kabupaten Jombang menempati peringkat keenam setelah Jember, Probolinggo, Bojonegoro, Pamekasan dan Situbondo.
Sedangkan komoditas kopi, Jombang punya luas areal tanam 1.203 hektare dengan produksi green bean sebesar 99,3 ton.
’’Dari data statistik Kabupaten Jombang menempati peringkat ke-12 setelah Malang, Banyuwangi, Jember, Bondowoso, Blitar, Kediri, Pasuruan, Lumajang, Situbondo, Pacitan, dan Madiun,’’ rincinya.
Untuk itu, perlu peningkatan sarana prasarana pertanian, teknologi budidaya yang tepat, penanganan panen dan pasca panen yang efisien serta pemasaran yang mampu meningkatakan nilai tambah bagi pendapatan petani.
’’Semuanya kita harapkan bisa berjalan dengan selaras dan seimbang agar diperoleh hasil sesuai harapan dan membawa petani kita menuju kesejahteraan,’’ tegasnya. (riz/jif)