DesaKita.co – Ada yang unik di Dusun Mojoranu, Desa Tanggalrejo, Kecamatan Mojoagung, Jombang.
Pasalnya, banyak warga selama ini menggantungkan hidupnya dengan membuat dan menjual pentol.
Saking banyaknya, desa ini dijuluki kampung pentol.
Kepulan asap keluar dari sela sela genting di rumah sederhana Dusun Mojoranu.
Tak berselang lama, seorang pria paruh baya mengangkat ratusan pentol yang telah direbus air mendidih.
Pentol itu kemudian ditiriskan pada sebuah wadah luas hingga dingin.
Ada berbagai macam varian dan ukuran pentol yang dibuat. Mulai pentol tahu, somay, biasa sampai pentol jumbo.
Terhitung, lebih dari sepuluh warga yang menjadi pembuat pentol.
Ya, di Dusun Mojoranu sejak dulu dikenal sebagai sentra penghasil pentol.
”Setiap hari sejak pagi hingga siang, warga sibuk membuat pentol. Termasuk di rumah kami,’’ ujar Lukman Arifin, 50, salah satu produsen pentol, Kamis (1/11/2022).
Tidak sendirian, ia mengerjakan pembuatan pentol dibantu beberapa pekerja.
Setiap hari, pembuatan pentol bisa 1 kuintal lebih.
Pentol itu kemudian dipasarkan belasan orang tenaga marketing.
”Usaha ini saya jalankan untuk meneruskan usaha yang sudah dirintis ayah sejak puluhan tahun lalu,’’ tambahnya.
Uniknya, pentol hasil produksinya termasuk warga Dusun Mojoranu yang lain, rata-rata justru tidak dijual di Jombang sendiri.
Sebaliknya, lebih banyak dijual ke luar kota.
Alasannya, ia sendiri sudah mendapat pasar di luar kota. Selain itu, di Jombang terlalu banyak pesaing yang menjual pentol.
”Kalau dijual di Jombang, lama lakunya. Tapi kalau dijual ke luar kota cepat. Seperti Mojokerto, Sidoarjo, Gresik dan Surabaya,’’ terangnya.
Harga pentol yang dijual Lukman juga bervariasi tergantung ukuran.
Mulai dari yang terkecil Rp 500 dan yang termahal seharga Rp 5 ribu perbiji.
Menurut ulasan para pelanggan, lanjut dia, pentol Mojoranu dikenal memiliki rasa khas tertentu.
Selain empuk, paduan daging yang diaduk menjadi satu dengan adonan, jadi lebih terasa.
”Kata orang-orang pentol kita pasti ada rasa khasnya. Makanya, sehari-hari produksi pentol selalu habis,’’ bebernya.
Terpisah, Dimas Wahyu Romadhona Kepala Desa Tanggalrejo membenarkan banyak warganya yang menggantungkan hidupnya dari usaha pembuatan pentol.
Usaha membuat pentol itu dimulai sejak tahun 2000 silam.
”Total warga Dusun Mojorano yang sudah dewasa ada 600 orang. Dari jumlah ini, yang bekerja sebagai pembuat dan penjual pentol lebih dari 70 persen,’’ ujar dia.
Ia lantas menceritakan, dulunya para pemuda di Dusun Mojoranu cenderung minder terhadap profesi pembuat pentol.
Namun seiring berjalannya waktu, mereka kini lebih peduli dan ikut menjalankan usaha pembuatan pentol.
”Apalagi sekarang sudah tahu pasar. Jadi membuat dan menjual pentol sudah menjadi sumber ekonomi andalan, karena bisa membuka lapangan kerja bagi ratusan pemuda desa,’’ pungkas Wahyu. (ang/bin/fid)