Oleh: Nasrul Ilah*)
Desakita.co – Perjuangan untuk menetapkan Situs Kelahiran Bung Karno di Ploso Jombang membutuhkan tidak hanya ketahanan fisik, tetapi juga kekuatan pikiran dan hati.
Alhamdulillah, hasilnya semakin menguat. Data-data literasi relatif cukup, tinggal mendeskripsikannya memerlukan kecermatan dalam pemilihan kata-kata yang tepat guna, sehingga daya guna dan hasil gunanya tinggi.
Hal ini berpengaruh pada meminimalkan perdebatan dalam penafsiran.
Keyakinan masyarakat Ploso, terutama Komunitas Titik Nol Soekarno, bahkan melebihi 100 persen.
Kebenaran yang diterima mereka dari para leluhurnya mengalir deras, terutama ketika wacana dibuka secara umum.
Berdatangan orang-orang yang selama ini dianggap tidak tahu apa-apa, ternyata membawa fakta yang diterima secara lisan, yang saling melengkapi dan bisa menyambung benang merah sejarah.
Keadaan di atas tidak lepas dari katalisator yang datang pada mereka. Pertama dari keluarga Pengelola Cagar Budaya Ndalem Pojok Persada Soekarno Kediri atau Rumah Pojok Kediri.
Dimulai dari Kushartono, Kuswartono, dan terakhir ditambah Kushardono.
Keluarga ini memiliki pengalaman empiris menemani Ayah, Ibu dan Kusno (nama kecil Sukarno), bahkan sampai merekomendasikan Kek Suro Sentono Kabuh yang menolong (nampani) kelahiran dan menyarankannya sebagai penasihat spiritual Bung Karno ketika beristana di Yogyakarta 1946-1949.
Tidak bisa diabaikan peran Arif Yulianto, anggota TACB (Tim Ahli Cagar Budaya) Jombang sekaligus Koordinator Penetapan Situs Kelahiran Bung Karno di Ploso.
Dia selalu menulis dan memuat perkembangan hasil penelusurannya secara rutin.
Arif yang pertama mengajak inisiator Titik Nol Soekarno di Ploso, Binhad Nurrohmat untuk terlibat.
Binhad menjadi katalisator penelusuran jejak kelahiran Bung Karno di Ploso.
Baca Juga: Ini Sosok Soekeni Ayahanda Bung Karno: Jadi Guru Sekolah Pribumi di Desa Rejoagung Ploso 6 Tahun
Percepatan data, pendampingan pendaftaran, serta menemani pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Jombang untuk menemui beberapa pemangku kepentingan di Jombang maupun di luar Jombang.
Sampai hari ini, Binhad masih proaktif melakukan penulisan melalui media cetak, online medsos, dan diskusi-diskusi baik di dalam maupun di luar Jombang.
Yang tidak kalah penting juga peran para penelusur sejarah yang tergabung di Komunitas Pelestari Sejarah Jombang.
Melalui diskusi di grup WhatsApp maupun tatap muka, banyak membagikan temuan dokumen dan foto serta buku-buku terkait.
Kajian akademis yang dilakukan TACB Jombang sudah mencapai 99,99%.
Sedangkan 0,1% sisanya tinggal melengkapi satu atau dua data yang masih membutuhkan klarifikasi. Ketika dilaporkan pada tahun 2023 lalu, data masih jauh dari mencukupi.
Sehingga kajian pendaftaran yang dilakukan TACB Jombang, dalam hal ini Arif Yulianto, dianggap belum memadai. Dalam dua hingga tiga bulan terakhir, data relatif hampir lengkap. Meskipun begitu, kajian rekomendasi juga sudah dilakukan hingga tahap penyempurnaan.
Salah satu upaya untuk penyempurnaan, dengan mengunjungi keluarga Bung Karno, baik yang ada di Kediri, Blitar, Bali, maupun Jakarta.
Pada prinsipnya, keluarga di Kediri dan Blitar sudah merestui. Begitu juga dengan keluarga di Bali, yang merupakan keluarga dari ibu kandung Bung Karno, sangat mendukung penetapan tempat kelahiran di Ploso.
Saran dari keluarga ini, agar tidak meninggalkan keluarga ayahnya yang di Jakarta, termasuk putra-putranya serta lembaga-lembaga di bawah naungannya.
Seperti Yayasan Bung Karno (YBK), Yayasan Pendidikan Bung Karno, hingga Universitas Bung Karno (UBK). Mereka juga memiliki kajian sejarah Bung Karno, kajian ajaran Bung Karno, serta kajian lainnya.
Sangat penting untuk mendengar pendapat dan harapan mereka.
Dalam interaksi dengan para pemangku kepentingan di Jakarta, awalnya mereka masih meragukan.
Setelah presentasi yang disampaikan Sekretaris Dikbud Jombang, Dian Yunita Sari yang runtut dan dilengkapi dengan foto-foto bukti, ditambah penyampaian Binhad Nurrohmat yang ekspresif, pandangan mulai berubah.
Ketua Yayasan Pendidikan Soekarno, M Marhaendra Putra, mengapresiasi temuan yang dipaparkan Tim Jombang. Banyak wacana baru yang disampaikan.
Hanya saja dia perlu melaporkan hal ini kepada keluarga besarnya, yaitu putra-putri Bung Karno. Pertama mungkin akan disampaikan kepada Ketua YBK, Guruh Soekarno Putra.
Sementara rektor UBK akan menindaklanjuti dengan kajian ilmiah dan, jika memungkinkan, akan memfasilitasi pertemuan antara beberapa pihak yang berkepentingan dengan tempat kelahiran Bung Karno. Seperti Surabaya, Kediri, Blitar, Tulungagung, dan lainnya.
Ketika mendapat undangan dari YBK, Tim Jombang kembali ke Jakarta dan diterima dengan penuh perhatian. Pada pembukaan, Mas Guruh menyampaikan sudah mendengar dan menyimak secara sepintas.
Tampak dalam penjelasannya, apa yang ditetapkan selama ini sudah diterima oleh keluarga Bung Karno. Namun, untuk mendalami temuan di Jombang, tim dipersilakan menyampaikannya secara lebih detail.
Paparan yang disampaikan Dian Yunita Sari, tidak hanya didengarkan oleh audiens di ruangan, tetapi juga via video call ada tokoh yang mendengarkan.
Presentasi ini dilanjutkan dengan tambahan dari Binhad Nurrohmat.
Akhirnya terjadi dialog interaktif, termasuk dengan video call. Adu data dari kedua belah pihak terjadi. Jika semula Mas Guruh masih keukeuh mempertahankan temuan Surabaya, akhirnya memberi ruang untuk Tim Jombang melanjutkan kajian.
Ketika didesak mengenai kemungkinan penetapan sementara di tingkat daerah, dalam hal ini Kabupaten Jombang, dia berpendapat sebaiknya jangan dulu.
Boleh ditetapkan sebagai Rumah Masa Kecil Bung Karno, tetapi Tim Jombang tetap dipersilakan memperdalam kajian terlebih dahulu. Hasilnya akan dibicarakan pada waktunya.
Dari pertimbangan tersebut, TACB berkonsentrasi untuk menambah bukti atau mengolah data yang sudah ada secara lebih matang.
TACB akan membuat draf kajian rekomendasi, sampai dianggap matang. Berikutnya akan didiskusikan dengan pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Bahkan akan diadakan FGD dengan pemangku kepentingan pemerintah dan non-pemerintah. Baru akan disesuaikan hasilnya sampai siap menjadi Kajian Rekomendasi Penetapan Situs Kelahiran Bung Karno di Ploso Jombang. (*)
Gerdu Papak Parimono,
Wayae Winih Pari Disebar.
Sing Durung Tepak Ayok Dibenakno,
Kabeh Ae Sing Podo Sabar.
*) Koordinator TACB Kabupaten Jombang