Lifestyle

Cerita Pemuda Asal Desa Grogol Jombang Kuliah S2 di Kairo Mesir: Lewat Jalur Beasiswa, Gigih Berkat Dorongan Sang Guru

×

Cerita Pemuda Asal Desa Grogol Jombang Kuliah S2 di Kairo Mesir: Lewat Jalur Beasiswa, Gigih Berkat Dorongan Sang Guru

Sebarkan artikel ini
Nur Chaqiqi warga Dusun Dempok Desa grogol Kecamatan Diwek kini mampu kuliah di Universitas Al Azhar Kairo Mesir.

Desakita.co – Kemampuan bahasa asing yang minim membuat Nur Chaqiqi warga Dusun Dempok Desa grogol Kecamatan Diwek tidak memiliki kepercayaan diri untuk lanjut kuliah di luar negeri.

Tapi berkat niat dan belajar keras, ia kini mampu kuliah di Universitas Al Azhar Kairo Mesir.

”Sebenarnya, tidak terfikirkan sama sekali untuk kuliah di Mesir, karena pada dasarnya basic yang saya miliki hanyalah hafalan Alquran,” kata alumnus Alumnus MI Nurul Iman Dempok dan SMPN 1 Diwek tersebut.

Bahkan, Chaqiqi awalnya tidak berminat untuk langsung lanjut kuliah setelah tamat dari MA Salafiyah Syafiiyah Seblak Jombang.

Chaqiqi yang juga merupakan santri Pondok Pesantren Tahfidzil Quran Al-Ma’arij Desa Kwaron saat itu ia hanya ingin untuk fokus memperdalam hafalan Qurannya.

Baca Juga: Cerita Muhlashon Jalaluddin Warga Desa Pucangsimo Jombang Tinggal di Mesir (1): Tinggal Sejak 1991, Aktif Organisasi NU di Mesir

”Saya awalnya ingin berhenti setahun, tapi guru yang sudah saya anggap seperti orang tua saya sendiri yaitu Ustadz H Ahmad Ainur Rofiq, tidak menginginkan itu, beliau malah ingin saya kuliah di Mesir,” katanya.

Chaqiqi semakin tak percaya diri ketika sang guru memintanya untuk kuliah di Mesir.

Padahal selama di pondok, ia fokus hafalan, tidak memperdalam ilmu Bahasa Arab serta Nahwu Shorof.

Namun, karena gurunya siap untuk mengajarkan, yang tadinya Chaqiqi enggan untuk kuliah di tahun pertama kelulusan, kini menjadi bersemangat untuk belajar.

Selama mempersiapkan diri, ia juga belajar tentang Nahwu Shorof, juga baca kitab gundul.

Baca Juga:  Dokter RSNU Jombang Berikan Tips Sehat Selama Berpuasa

Ia belajar kepada siapapun yang menurutnya bisa, baik kepada guru, hingga kepada adik kelas yang memiliki ilmu baca kitab gundul.

Juga belajar bahasa Arab dengan gurunya, belajar di Kampung Arab-Inggris Pare, serta mengikuti bimbingan belajar yang diadakan di tebuireng untuk mengikuti seleksi ke Mesir yang di ampu langsung KH Achmad roziqi, Lc, MHI.

Baca Juga: Cerita Semani, Guru Bahasa Inggris SMAN 1 Jombang Berhasil Tuntaskan S2 dari Beasiswa Ditjen Dikti

”Yang tadinya acuh dengan Bahasa Arab, kini antusias belajar, bahkan nilai saya cukup memuaskan, dan disarankan guru untuk kuliah di UIM Madinah, tapi pak Ainur Rofiq saat itu tidak setuju,” jelasnya.

Di waktu yang bersamaan, ia juga diterima di UINSA Surabaya melalui jalur SPAN PTKIN.

”Beliau juga yang meminta untuk tidak ambil kesempatan itu karena optimis saya lolos di Mesir,” katanya.

Setelah perjalanan panjang mempersiapkan kemampuan bahasa arabnya, Chaqiqi dinyatakan diterima di Universitas Al Azhar Kairo Mesir pada Fakultas Syariah Islamiyah.

Awal datang di Kairo ia tak ingin menyia-nyiakan kesempatannya.

Ia mencari teman dan perkumpulan yang positif yang menunjang pembelajarannya, serta mengembangkan kemampuannya dalam berbicara, membaca dan memahami Bahasa Arab.

Dalam pergaulan, ia juga mawas diri, sebab banyaknya mahasiswa dari Indonesia di Mesir ada yang membawa dampak positif maupun dampak negatif.

Baca Juga: Cerita Muhammad Agil, Alumus MQ Tebuireng Desa Cukir Kuliah di Universitas Al Azhar Mesir Lewat Beasiswa dari PBNU

Baca Juga:  Desa Jabontegal, Kecamatan Pungging, Peringati HUT ke-80 RI, Ajak Warga Gelar Karnaval hingga Bazar

”Karena itu saya memutuskan untuk tinggal dan bergabung di salah satu markaz tahfidz Indonesia (Maquraa mesir). Disini saya mendapatkan banyak sekali pengalaman berorganisasi dan keilmuan seputar alquran.

Tetapi disini kemampuan saya dalam berbicara bahasa arab sangatlah minim sekali, karena orang Indonesia semua,” jelasnya.

Setelah 3,5 tahun bergabung di markaz tahfidz, ia memutuskan untuk mencari lingkungan baru, yang bisa menunjang kemampuan berbicara dan belajar Bahasa Arab.

”Jadi, tantangan yang sulit bagi saya di Mesir adalah lingkungan, karena ada dua hal dalam hidup bersama, dia yang bisa mewarnai teman-temannya, atau dia yang terwarnai oleh teman temannya dalam hal kebaikan ataupun keburukan,” jelas pria kelahiran Jombang, 11 November 1999 tersebut.

Putra pasangan Hariono dan Siti Qibtiyah tersebut tahun 2023 sudah lulus S1 Fakultas Syariah Islamiyah, saat ini ia menempuh kuliah Ulum Al-Islamiyah Lil Wafidin Al Azhar Cairo atau pasca sarjana jurusan Fiqh Amm (Madzhab Syafii).

Menjalani pendidikan S1 dan S2 di Kairo sangat berbeda, S1 tidak ada absen dan skripsi, sedangkan S2 ada absen dan tugas tambahan, seperti membuat makalah dan diskusi aktif antara pelajar dan dosen.

Enaknya kuliah di Al Azhar tidak membatasi pembelajaran dalam kampus saja, melainkan belajar di luar kampus atau yang dikenal dengan metode talaqqi.

Baca Juga: Cerita Cahyani Ratna Sari Alumnus SMK BIM Jombang Sukses Berkarir di Jepang Sejak 2019

Baca Juga:  Olah Rempah Jadi Minuman Tradisional Instan, Upaya Warga Desa Panglungan Wonosalam Jombang Tingkatkan Nilai Jual Rempah

Dengan belajar talaqqi, ia bisa belajar banyak kitab, mulai dari tingkatan kitab mubtadi (mudah/pemula) sampai kitab muntahi (sulit/tingkat lanjutan) tinggal disesuaikan dengan yang ingin dipelajari atau yang ingin dikuasai.

Selain metode Talaqqi juga ada diskusi dengan sesama teman. Di Mesir juga banyak rumah belajar dengan Bahasa Indonesia, serta guru senior yang mumpuni di bidangnya.

”Kita biasa menyebutnya dengan Rumah Binaan,” jelasnya.

Juga ada cara belajar dengan masyayikh melalui video, cara belajar ini yang paling efisien dan fleksibel.

Di Mesir, ia bisa merasakan nikmatnya mencari ilmu.

Apalagi, di sana penghafal Alquran sangat dihargai. Bahkan warga lokal Mesir tak segan-segan untuk memberi hadiah kepada pelajar yang benar-benar bersungguh-sungguh utamanya penghafal Alquran.

Hadiah bisa berupa uang atau yang lainnya.

”Saya anggap bantuan mereka ini juga sebagai beasiswa non formal, karena jumlah yang diberikan kepada kami cukup banyak. Dan hal seperti ini juga yang mungkin jarang ditemukan di Indonesia,” katanya.

Menurut Chaqiqi, peluang mendapatkan beasiswa di Mesir sangat besar, banyak lembaga-lembaga yang menyediakan beasiswa.

”Kita tinggal berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi syarat-syarat mendapatkan beasiswa tersebut.

Serta bertawakkal kepada Allah dan sabar, karena kebanyakan pengurusan disini masih terbilang manual.

Seperti bayt zakat kwait dan majlis a’la, yang biasanya teman teman harus datang dari shubuh untuk mengantrinya,” pungkasnya. (wen/ang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *