Lifestyle

Tradisi Ujung Desa Mundusewu Bareng Jombang, Wujud Tirakat Warga Minta Hujan

×

Tradisi Ujung Desa Mundusewu Bareng Jombang, Wujud Tirakat Warga Minta Hujan

Sebarkan artikel ini
SERU: Warga adu kekuatan dalam tradisi ujung di Desa Mundusewu, Kecamatan Bareng, Minggu (1/9). (Achmad RW/Radar Jombang)

DesaKita.co – Tradisi ujung di Kabupaten Jombang, masih terus hidup.

Lewat tradisi ini, warga bertarung saling memukul menggunakan rotan dengan harapan akan segera turun hujan.

Di Desa Mundusewu, Kecamatan Bareng, Jombang, Jawa Timur misalnya dihelat, Minggu (1/9).

Baca Juga: Diikuti 22 Peserta, Karnaval Mobil Hias Jombang Usung Tema Hamardhika Bhumi Nusantara

Di hadapan ribuan warga dan pengunjung yang memadati balai Desa Mundusewu para jawara ujungan beraksi di bawah pengawasan wasit yang disebut dengan wlandang.

Sebelum mereka bertanding, dua kelompok petarung ini dipisahkan di kubu masing-masing.

Di sana sudah bersiap seorang bobotoh, semacam promotor yang memilih siapa yang akan maju berlaga.

Ketika sudah dihadapkan lawan, sesekali sebelum saling serang, para petarung akan menari mengikuti irama gamelan sambil tetap fokus mengintai gerak lawan.

Lengah sedikit, sabetan rotan akan mendarat kepada lawan.

Baca Juga: Siswa SDN Pojokrejo Jombang Berhasil Raih Medali Emas O2SN, Diharapkan Jadi Pemicu Motivasi Siswa Lain

Dalam pertandingan ini, para petarung yang kebanyakan petani akan bertarung satu lawan satu.

Mereka, bertarung dalam kondisi telanjang dada dan membawa senjata rotan di tangan masing-masing.

Petarung, akan saling mengincar, serta menyerang, dan menyabet kaki lawannya dengan rotan.

”Ini merupakan tradisi yang sudah ada sejak dulu, kita sebagai generasi penerus tentu menjaga dan melestarikan budaya ujung ini agar tidak punah di Desa Mundusewu,” ujar Anisah Kepala Desa Mundusewu.

Perihnya sabetan niat suci dari hati mereka merupakan wujud laku tirakat, untuk memohon hujan.

”Dari kepercayaan petani dahulu, ujungan merupakan suatu tirakat. Orang menyiksa diri sebagai sarana kontemplasi dengan alam yang sedang mengalami kekeringan,” jelas dia.

Baca Juga: Tersebar 104 Titik, 23 Desa di Jombang Tercemar Limbah B3 Abu Aluminium, Ini Rinciannya

Pada akhir laga, kedua petarung bersalaman dan berpelukan. Tidak ada yang menang atau kalah dalam laga tersebut.

Ditambah, sorak pengunjung yang membuat suasana tradisi ujung semakin hidup.

Bukan hanya warga lokal, pertunjukan yang unik ini bahkan didatangi oleh warga dari luar Kabupaten Jombang.

”Yang datang banyak, bahkan dari luar (Jombang) juga ada, kami berharap tradisi ujung ini bisa ditetapkan oleh disdikbud (dinas pendidikan dan kebudayaan) sebagai tradisi paten Desa Mundusewu,” pungkasnya. (riz/fid)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *