Pendidikan

Cerita Arek Ngusikan Jombang Sukses Kuliah di Australia (2): Setelah Lulus, Ingin Jadi PNS di KemenPAN-RB

×

Cerita Arek Ngusikan Jombang Sukses Kuliah di Australia (2): Setelah Lulus, Ingin Jadi PNS di KemenPAN-RB

Sebarkan artikel ini
Ari F Dewi kini menempuh pendidikan S2 di The Australian National

Desakita.co – Kisah Ari F Dewi yang kini menempuh pendidikan S2 di The Australian National berawal setelah ia meraih beasiswa LPDP.

Ia kemudian melanjutkan studinya di Australia pada Januari 2023.

Ia memilih Australia untuk tempatnya menempuh pendidikan.

Sebab, Australia dikenal dengan kualitas pendidikan yang baik dan beberapa universitas menempati peringkat tinggi secara global.

Australia juga memiliki populasi dan budaya yang beragam dan kualitas hidup yang baik, yang harapannya menjadi tempat yang kondusif untuk belajar.

“Secara khusus, tempat saya belajar, Crawford School of Public Policy dikenal sebagai rujukan tempat belajar orang-orang yang terlibat dalam kebijakan publik dan pemerintahan,” jelasnya.

Setelah lulus S1, Dewi rajin membuka website lpdp.kemenkeu.go.id.

LPDP memiliki beberapa jalur pendaftaran, salah satunya yang dikhususkan untuk TNI/Polri.

Tahapannya kurang lebih sama dengan jalur lain, hanya pada jalur ini, calon mahasiswa hanya harus bersaing dengan peserta lain dari TNI/Polri.

”Karena saya sudah bekerja, sebelum mendaftar beasiswa, saya menyampaikan kepada atasan saya karena saya harus mendapatkan izin,” ungkapnya.

Program studi yang diambil juga harus relevan dengan kebutuhan organisasi tempat bekerja.

Tahap pertama adalah seleksi administrasi, kemudian tes bakat skolastik, dan terakhir interview.

Sebelum betul-betul memutuskan kuliah di luar negeri, calon mahasiswa harus memastikan funding (pendanaan).

Karena kuliah di luar negeri biayanya sangat mahal, sehingga penting untuk memastikan, apa saja komponen yang dibiayai beasiswa atau yang tidak dibiayai.

Calon mahasiswa juga harus mempelajari program studi yang akan dipelajari, dengan mencari pengalaman orang lain, atau bisa mencari di internet.

Mencari informasi tentang mata kuliah apa saja yang ditawarkan agar sesuai dengan tujuan awal.

”Biasanya setiap program studi punya struktur yang berbeda, misalnya apakah perlu tesis atau tidak untuk syarat kelulusan,” jelasnya.

Menurutnya, mahasiswa yang belajar di Australia dituntut untuk aktif dan terlibat banyak diskusi.

Penyesuaian itu bagi Dewi juga cukup sulit, mengingat kebiasaan kuliah di Indonesia adalah dengan mendengarkan ceramah dosen.

Sebelum masuk kelas, ia juga harus mempersiapkan diri dengan membaca bahan bacaan yang diberikan dosen.

”Tapi struktur pembelajaran di sini sangat jelas.

Sebelum setiap mata kuliah dimulai, kita sudah tau akan belajar apa saja dalam setiap pekan, tugasnya apa saja, dan deadline-nya kapan. Selain itu, dosen juga selalu memberikan feedback atas tugas yang kita kumpulkan.

Jadi kita bisa belajar untuk memperbaiki diri dari feedback tersebut,” ungkapnya.

Ini bukan kali pertama pengalaman Dewi tinggal di luar negeri.

Sebelumnya ia pernah tiga minggu tinggal di Malaysia, satu bulan di New Zealand.

Namun, ada beberapa hal yang tidak ditemukan di luar negeri, yaitu beragam makanan, jajanan keliling dengan harga yang murah menjadi salah satu hal yang ia rindukan.

”Itu hanya di Indonesia,” tambahnya.

Tapi lebih banyak hal yang menurutnya perlu disyukuri, yaitu udara yang bersih tidak ada kemacetan, serta kesempatan yang tidak semua orang miliki.

“Jadi berusaha mengembangkan dan beradaptasi saja,” imbuhnya.

Setelah hampir satu tahun tinggal di Bruce, Canberra, Australia Capital Territory, ia merasa Canberra adalah kota yang sepi, penduduknya hanya 450 ribuan saja, dan akan lebih sepi ketika long weekend.

Targetnya, tahun depan ia sudah lulus, dan kembali bekerja sebagai PNS di Komisi Aparatur Sipil Negara atau KemenPAN-RB.

Dewi ingin terlibat dalam proses penyusunan kebijakan di bidang manajemen sumber daya manusia sektor publik.

”Sejak saya meminta izin untuk mendaftar beasiswa adalah studi untuk menambah kapasitas diri dan belajar tentang apa yang kira-kira akan bermanfaat bagi organisasi. Kemudian setelah selesai studi, kembali untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan,” ungkap wanita yang suka nonton pertandingan badminton ini.

Dewi tidak sendiri di Australia, ia bersama dengan suaminya.

Menurutnya, tidak susah membagi waktu antara pekerjaan rumah tangga dan pendidikannya. Yang penting adalah komunikasi, berbagi tugas rumah, dan saling mengerti.

”Karena saya belum memiliki anak jadi belum terlalu mengalami hambatan,” pungkasnya. (wen/naz/ang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *