Desakita.co – Sementara itu, salah satu tantangan yang dihadapi petani buah lengkeng di Desa Carangwulung Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang adalah ancaman serangan hama.
Salah satu yang menjadi momok bagi petani serangan kelelawar, jegidik (tupai hutan), hingg ulat.
Jika tidak dilakukan pengendalian, hewan-hewan pengganggu tanaman ini bisa mengancam hasil panen.
Salah satu upaya yang dilakukan petani dengan membrongsong buah di pohon.
”Ya, memang kalau hama tidak bisa dipungkiri selalu ada. Yang paling banyak dan sulit diatasi adalah kelelawar dan tupai,” ujar Mushir.
Untuk melindungi buah dari ancaman hama, Mushir membrongsong buah lengkeng di pohon dengan brongsong dari kain.
”Tapi beberapa jenis hama seperti lalat buah masih bisa masuk lewat rongga-rongga kain sehingga membuat buah rontok di dalam kain,” jelas dia.
Selain itu, saat mulai musim buah, ia bahkan terpaksa mengorbankan satu pohon lengkeng khusus untuk makanan kelelawar, jegidik ataupun hama lalat buah.
”Sehingga serangan ke kebun tidak begitu parah,’’ jelas dia.
Harga lengkeng saat ini mulai bersaing. Saat musimnya lengkeng mulai Rp 30- Rp 25 ribu per kg.
Namun saat tidak musim, bisa mencapai Rp 50- Rp 60 ribu per kg.
”Saat ini tidak musim jadi agak mahal,” jelas dia.
Lengkeng kateki yang dibudidayakan Mushir tak hanya dipesan warga lokal, namun banyak pelanggannya dari sejumlah kabupaten/kota di Jatim, di antaranya Kota Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Pasuruan hingga Malang. ”Bisa melayani luar kota juga, nanti kita paketkan,” pungkasnya. (ang/naz/ang)