Desakita.co – Kopi Wonosalam semakin naik kelas. Selain menjadi komoditas unggulan petani Wonosalam, pemasarannya juga sudah tembus pasar ekspor.
Para petani di lereng Gunung Anjasmoro juga semakin kompak dengan membentuk koperasi kopi Wonosalam.
Ketua Asosiasi Kopi Wonosalam Endrias Bambang Sugeng Purnomo menyampaikan, usai menampung petani dalam sebuah wadah asosiasi, kini para petani sepakat membentuk koperasi kopi Wonosalam.
”Kita bentuk sejak 2021, yang awalnya beberapa anggota saja, kini berkembang ada 25 orang,’’ ujar dia.
Dijelaskan, tujuan dibentuknya koperasi tersebut adalah menciptakan sebuah ekosistem kopi yang bagus mulai dari hulu hingga hilir.
”Khususnya yang selama ini perdagangannya dikuasai tengkulak, kini mulai kita tata dengan menampung hasil petani kopi dan membeli dengan harga yang layak,’’ terang Endrias.
Baca Juga: Harga Tinggi, Petani Desa Wonosalam Jombang Tertarik Budi Daya Kopi Liberika
Petani kopi asli Desa/Kecamatan Wonosalam ini menambahkan, sebelumnya para petani rata-rata menjual hasil panen ke tengkulak.
Meski ditawar dengan harga cukup murah, petani cukup mudah melepas barang lantaran ingin cepat mendapatkan uang.
Akhirnya, mereka tidak bisa merasakan jerih payah dari produksi yang dihasilkan.
”Akhirnya kita tampung tentunya sesuai SOP yang kita tentukan, misalnya yang dipanen adalah yang sudah petik merah tidak asal-asalan,’’terangnya.
Adapun harga beli di tingkat petani untuk jenis ekselsa mulai Rp 80 ribu per kilogram (kg), kemudian jenis arabika Rp 80 per kg, dan robusta Rp 65 – 70 ribu per kg.
”Harga jual ekselsa masih tinggi karena jenis kopi itu jarang ada di tempat lain. Namun, di Wononosalam potensinya melimpah,’’ jelas dia.
Tak hanya itu, berkat pemasaran dan kolaborasi dengan beberapa pihak, kopi Wonosalam juga terus dikenal luas. Bahkan, tahun 2024 kemarin, pihaknya merima permintaan ekspor 2 ton kopi ekselsa ke Jepang.
”Ini menjadi kesempatan yang tidak akan kami sia-siakan untuk meningkatkan kopi Wonosalam lebih dikenal,’’ pungkasnya. (ang/naz)