Desakita.co – Serangan hawa wereng di Jombang belum reda. Pada musim tanam kali ini, tercatat ada 95,79 hektare lahan pertanian di berbagai kecamatan yang diserang hama.
Selain hama wereng batang cokelat, di antara hama itu ada serangan tikus, pengerek batang hingga xanthomonas alias kresek.
Dari data yang dihimpun, untuk hama tikus serangan paling parah terjadi di Kecamatan Sumobito.
Tercatat ada 5,5 hektare lahan pertanian yang rusak setelah dicacah tikus. Disusul lahan pertanian di Kecamatan Jombang 3,48 hektare, Kecamatan Bareng seluas 1,95 hektare.
Kecamatan Tembelang seluas 1,94 hektare.
“Serangan hama tikus juga terjadi di Kecamatan Kesamben 1,7 hektare,” kata Kepala Dinas Pertanian Jombang M Rony, kemarin.
Tak hanya itu, tikus juga menyerang lahan pertanian di Kecamatan Ngusikan seluas 0,7 hektare dan Kecamatan Kudu seluas 0,64 hektare.
Sedangkan hama wereng, lanjutnya, paling parah menimpa petani di Kecamatan Gudo. Tercatat ada 8,68 hektare lahan yang diserang wereng.
Disusul Kecamatan Ngoro seluas 3,5 hektare, Bandarkedungmulyo 2,82 hektare, Diwek seluas 1,1 hektare dan terakhir Kecamatan Jogoroto seluas 0,28 hektare.
Tak berhenti di situ, hama Xanthomonas alias keresek, juga turut mengganggu petani di musim tanam kali ini.
Serangan hama kresek paling parah terdapat di Kecamatan Ngoro seluas 10,5 hektare.
Disusul Kecamatan Peterongan 8,5 hektare, Mojoagung 3,5 hektare, Mojowarno 2,5 hektare, Perak 2 hektar, Kesamben 1,5 hektare, Plandaan 1 hektare, Diwek 0,5 hektare dan Kecamatan Ploso seluas 0,42 hektare.
“Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, serangan hama khususnya wereng ini meningkat tajam. karena tidak segera ditangani,” jelasnya.
Termasuk serangan hama penggerek batang juga cukup masif. Di Kecamatan Ngoro misalnya, tercatat 7,5 hektare lahan yang diserang wereng penggerak batang ini.
Kemudian disusul Kecamatan Perak 4,6 hektare, Mojoagung 0,5 hektare, Bandarkedungmulyo 0,28 hektare dan Kecamatan Palndaan 0,2 hektare.
Dia menyebut, mulai tahun ini setiap mendapat laporan munculnya serangan hama, apapun jenisnya, maka langsung ditindaklanjuti dengan melakukan gerdal.
”Apabila petani melapor padinya diserang hama pagi hari. Kita siapkan obat sore hari dan langsung dibagikan ke kelompok tani,” ungkapnya.
Hanya saja, pengendalian hama harus ada peran dari petani sendiri. Diharapkan semua petani kompak melakukan penanganan hama secara mandiri.
“Kalau hanya satu petani saja tidak mungkin. Harus semua bergerak, karena setiap kali gerdal paling tidak 5 sampai 10 hektare sawah yang harus ditangani,” bebernya.
Menurut Ronny, perubahan musim belakangan ini membuat serangan hama wereng sangat rentan terjadi.
“Tiba-tiba hujan terus panas, jadinya harus waspada. Petani juga harus terus melakukan antisipasi dan pemantauan,” pungkas dia. (yan/bin/ang)