Asal-UsulPemerintahan

Sejarah Sistem Pasokan Air Ledeng Jombang Era Kolonial, 1925 Mulai Survei, Sumber Airnya dari Jubel Desa Kembangbelor Kecamatan Pacet Mojokerto

×

Sejarah Sistem Pasokan Air Ledeng Jombang Era Kolonial, 1925 Mulai Survei, Sumber Airnya dari Jubel Desa Kembangbelor Kecamatan Pacet Mojokerto

Sebarkan artikel ini
WATERTOREN 1948: Foto udara Ringin Contong dari sisi selatan (dok. MLD)

DesaKita.co – Menyadari pentingnya pasokan air bersih bagi penduduk, khususnya di pusat ekonomi dan area dalam kota, pemerintah kolonial Belanda memperbaiki jaringan.

Dinas pekerjaan umum (waterstaat/openbare werken) membangun jaringan pipa air ledeng (waterleiding) yang baru, untuk menggantikan pipa lama.

Pada Agustus 1925, mulai dilakukan survei dan persiapan pembuatan jaringan air bersih dari sumber di pegunungan wilayah Mojokerto. Jaringan pipa ledeng itu akan memasok kebutuhan air bagi warga Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Jombang.

Dipilihlah sumber mata air jubel yang terletak di Desa Kembangbelor, Kecamatan Pacet. Kapasitas air bersih yang bisa dihasilkan bisa mencapai 100 meter kubik per detik.

Dengan debit seperti itu, sudah dirasa cukup untuk memasok kebutuhan air bersih di kota-kota sekitar Mojokerto. Panjang jaringan pipa yang dibutuhkan mencapai 160 km.

Memakai pipa baja tahan karat produksi pabrik Mannesmann Jerman. Pada 1927, tandon air di Jubel dan seluruh jaringan pipa selesai dibuat. Menghabiskan biaya 1,5 juta gulden.

Pipa-pipa ledeng itu lalu dibangun melintasi wilayah yang lebih rendah dari Pacet. Ada yang ditampung di beberapa menara penampung air (watertoren), misalnya di lokasi Jl Pahlawan Mojosari dan Balongsari dekat pasar Tanjung Anyar Kota Mojokerto.

Kemudian yang mengarah ke Surabaya dibangun watertoren di Sepanjang Taman dan dekat Pasar Krian, karena dekat dengan Pabrik Gula Krian.

Sedangkan yang mengarah ke Jombang ada di Desa Brangkal, Kecamatan Sooko sebab dekat area pabrik gula Brangkal.

“Jalur pipa ledeng terus mengarah ke Jombang sepanjang jalan raya. Dibangun tiga watertoren di tepi Jl Raya Mojoagung, Peterongan dan Ringin Contong yang tepat di tengah kota Jombang,” kata Moch Faisol, penelusur sejarah dan penulis buku.

Watertoren Ringin Contong mulai dibangun 1928 dan selesai setahun kemudian. Pada 1929 secara resmi, warga kota Jombang dan sekitarnya bisa menikmati pasokan air bersih dari sumber mata air pegunungan dari Jubel Pacet Mojokerto.

Saat proses pembangunan watertoren Ringin Contong, juga tercatat di surat kabar De Indische Courant edisi 24 Agustus 1928.

“Pembangunan menara air hampir rampung, sementara jalan di mana-mana sudah dipecah untuk pemasangan pipa. Hal ini memang menimbulkan sedikit ketidaknyamanan, namun hanya dalam waktu singkat dan tentunya melebihi kenyamanan luar biasa yang menanti kita setelah semuanya siap” demikian tulisan di koran tersebut.

“Pada periode revolusi perang kemerdekaan 1945-1949, intelejen Sekutu pun mencatat data-data terkait jaringan air dan listrik di Jombang,” lanjut Faisol.

Misalnya yang ada di dokumen Special Report No. 71 Soerabaja Area East Java, yang dibuat oleh Allied Geographical Section Southwest Pacific Area (SWPA) tertanggal 17 Agustus 1945.

Pada laporan itu, tertulis “Kota Jombang, Sepanjang dan Krian mendapat suplai air dari sumber Jubel.

Lokasi pastinya sumber air itu belum diketahui, tetapi diduga ada di sebelah utara lereng G. Welirang pada petak 3033 di lembar 54/XLII-A dari skala 1:50.000 seri peta Jawa dan Madura.

G. Welirang terletak sejauh 27 mil dari sebelah timur tenggara Jombang. Sumber air itu ditemukan mengandung kadar korosif pada 1934 ketika jalur pipa mengalami kerusakan parah.

Sebuah instalasi untuk mengatasi masalah ini (mungkin instalasi aerasi) harus dipasang. Sebuah perusahaan swasta menangani pasokan air di Jombang melalui pipa sepanjang 25 mil”. (ang/bin/fid)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *