Lifestyle

Fatihah dan Sedekah hingga Keikhlasan, Ini Kunci Ida Inayahwati Guru MAN 1 Jombang Bangun Karakter Anak

×

Fatihah dan Sedekah hingga Keikhlasan, Ini Kunci Ida Inayahwati Guru MAN 1 Jombang Bangun Karakter Anak

Sebarkan artikel ini
Dra Ida Inayahwati MPdI, guru Akidah Akhlak senior di MAN 1 Jombang (baju biru) bersama keluarga.

DesaKita.co – Dra Ida Inayahwati MPdI, guru Akidah Akhlak senior di MAN 1 Jombang tidak pernah memaksa anak-anaknya untuk menjalani profesi seperti dirinya sebagai guru.

Pesannya hanya satu, mengamalkan ilmu yang dimiliki di jalan apapun. Ida juga membangun karakter keempat buah hatinya dengan akhlak yang baik, diimbangi dengan doa, sedekah dan Fatihah untuk setiap anak.

Dalam mendampingi anak-anaknya, Ida memiliki tirakat khusus. Ia rutin membaca surat Al-Fatihah sebanyak 11 kali untuk setiap anak setiap selesai salat. ’’Empat anak, berarti 44 kali. Kenapa 11? Karena ganjil saja,’’ ujarnya.

Baca Juga: Desa Losari, Kecamatan Ploso Jombang Dukung Pelestarian Budaya Tempat Bung Karno Sekolah

Selain Fatihah sebanyak 11 kali, ia juga rutin bersedekah.

’’Untuk saya, suami, dan anak-anak. Agar kami sehat, dijauhkan dari keburukan dunia, dan anak-anak tumbuh dengan akhlak mulia. Hasilnya kami serahkan pada Allah, karena ini hanya ikhtiar manusia,’’ tuturnya.

Ida dan Drs H Abdul Haris LC, suaminya, sepakat untuk tidak pernah memaksakan kehendak dalam mendidik.

Orang tua hanya bertugas mengarahkan, seperti pendidikan pondok pesantren, ia hanya memberikan gambaran bagaimana tinggal di pesantren, apa saja yang didapatkan, dan manfaat untuk kehidupan ke depan.

Selebihnya, ia memberikan kesempatan untuk keempat anaknya memutuskan sendiri.

’’Alhamdulillah semuanya mau mondok,’’ katanya. Anak pertama Fena, kini mengajar di MA UWH Tambakberas. Anak kedua Ziyad, sudah lulus kuliah tapi masih tinggal di pondok pesantren. Anak ketiganya Anil masih kuliah semester tujuh di Unesa.

Si bungsu Talita masih kelas 2 MA dan tinggal di pondok pesantren.

Pendidikan di pondok pesantren menurutnya sangat penting. Sehingga ia tekankan kepada sang anak.

Salah satu manfaatnya yaitu mengajarkan anak agar lebih mandiri, belajar adab, memperkuat iman, dan mengajarkan kehidupan bermasyarakat dari sisi keagamaan.

Baca Juga: Pendaftaran Bimtek Kepenulisan Nonfiksi Budaya Lokal Jombang Masih Dibuka, Cek Syarat dan Ketentuannya

Baginya, pendidikan agama dan akhlak lebih utama dibanding pelajaran umum.

’’Kalau agama dan adabnya kuat, pelajaran umum tinggal mengikuti. Karena yang paling penting, anak tahu bagaimana bersikap kepada guru, orang tua, dan masyarakat,’’ imbuhnya.

Dalam hal profesi, ia hanya berpesan agar mereka jadi orang yang bermanfaat, bisa mengamalkan ilmunya. ’’Tidak harus mengajar. Yang penting manfaat,’’ ungkapnya.

Ida dan suaminya kompak mendidik anak-anak dengan nilai-nilai agama yang kuat, tanpa menargetkan dunia.

’’Kalau dapat dunia ya itu bonus dari Allah. Semua ini titipan, dan pasti akan kembali kepada-Nya juga,’’ ucapnya lirih.

Kini, di usia 56 tahun, Ida tak muluk-muluk soal mimpi. ’’Saya hanya ingin di sisa usia ini, tetap punya karya. Tetap menulis, selama masih diberi sehat dan waktu,’’ ucapnya, tersenyum.

Dengan sederet karya buku dan dedikasi pada pendidikan, Ida Inayahwati adalah contoh nyata bahwa guru bukan hanya mengajar di kelas, tapi juga mendidik lewat tulisan dan keteladanan di rumah. (wen/jif)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *