Desakita.co – Bisa mengobati orang sakit, bisa juga menghibur. Begitu gambaran musisi komunitas pecinta kreasi dan seni (kompres) RSUD Jombang.
Tak hanya menyanyi berbagai genre lagu, mereka juga kocak saat tampil lawak. Tak heran, Kompres pernah diundang ke Istana Wakil Presiden.
”Tugas utama mereka adalah sebagai nakes, tapi karena memiliki kelebihan, kami wadahi dalam komunitas pecinta kreasi dan seni,” kata Siti Munawaroh SKep Nes, MM, Ketua Bidang Kepala Bidang Penunjang Medik dan Nonmedik RSUD Jombang yang sekaligus dipercaya sebagai penanggungjawab Kompres.
Kelihaian mereka dalam berkolaborasi dan membawakan berbagai genre lagu ditunjukkan saat tampil dalam acara Tasyakuran Kantor Baru dan Launching Media Online jombangbanget.id dan desakita.co, di Kantor Jawa Pos Radar Jombang.
Pemain orgen Dani Satya Aprian (security). Tiga vokalis andalan, Mardhiyah Dina Ekawati (perawat yang bertugas di Instalasi Rawat Jalan).
Putri Purborini (bidan yang bertugas di Ruang Drupadi) dan Cinta (staf administrasi).
Sementara dua lawak, Much Ghozali alias Wungkul (staf Unit Perbekalan) dan Muhammad Amin alias Cemet (staf Humas). Semuanya bekerja di RSUD Jombang.
Selain itu, ada satu perawat lain, Redi Sudirman (perawat MCU/Poli Kesehatan) yang memiliki keahlian dirigen.
Gerakan tangan yang pas dengan ekspresi yang mantap, membuat ia sering didapuk sebagai dirigen khusus.
Terutama pada jenis lagu-lagu tertentu, seperti lagu kebangsaan Indonesia Raya atau Mars RSUD Jombang.
”Semua orang internal RSUD, tidak ada yang dari luar, kami hanya memanfaatkan dan mewadahi talenta yang mereka punya,” katanya.
Menurut Siti, panggilan akrabnya, Kompres menjadi wadah dari pegawai RSUD Jombang yang memiliki talenta.
Di dalamnya ada tim tari, qosidah, paduan suara hingga komedi.
Dalam musik, juga ada spesifikasi setiap genre, seperti dangdut dan pop.
”Sebelumnya tim itu sendiri-sendiri, tapi sejak 2023 kita gabung jadi Kompres untuk mempermudah koordinasi,” beber Kepala Bidang Penunjang Medik dan Nonmedik RSUD Jombang ini.
Ia memastikan, jika Kompres tidak akan mengganggu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat.
Karena memang tugas utama sebagai nakes tetap jadi skala prioritas.
”Jika ada latihan kebetulan bersamaan dengan jam jaga, maka mereka harus tetap jaga, tidak boleh ikut latihan,” tegasnya. Selain siang, seringkali latihan digelar malam hari.
Setiap kali ada komando, maka mereka langsung siap.
Kepiawaian Kompres dalam menghibur sudah dibuktikan dengan beberapa kali diundang di berbagai acara. Tak hanya event lokal, mereka kerap tampil di event besar. Seperti Persatuan Rumah Sakit Indonesia (Persi) Jawa Timur.
”Tim tari kita sudah 2-3 kali tampil di acara yang sama,” bebernya.
Tim qosidah juga sering tampil di TMII Jakarta mengisi kegiatan Komunitas Pager Ijo (paguyuban arek Jombang). Bahkan tahun 2010 lalu, tim paduan suara juga mengisi acara di Istana Wakil Presiden.
”Kala itu tentu belum ada Kompres karena belum digabung seperti sekarang,” katanya.
Sementara itu, Putri Purborini salah satu vokalis, mengaku senang diberi wadah khusus Kompres.
Di tengah pekerjaannya yang padat, ia masih bisa menyalurkan hobi menyanyi sejak kecil.
Bahkan, ia mencoba semua jenis genre. Tak pernah belajar langsung, ia cukup mencoba berulang-ulang menirukan berbagai genre, mulai pop, dangdut, hingga nyinden.
”Saya hanya mendengarkan, tidak pernah latihan asal menirukan saja,” ujarnya.
Nakes asal Ceweng ini mulai menyukai lagu-lagu Jawa saat berusia 24 tahun, setelah sudah menikah dan punya anak.
Karena bakatnya diwadahi, mau tak mau ia harus mengasah kemampuannya, hingga terbiasa manggung di berbagai acara.
”Saya tidak pernah membatasi makanan sebelum tampil, maem los, es gorengan semua dimakan.
Latihan hanya sekali dua kali untuk mematangkan konsep sesuai acara yang dibawakan,” pungkas Putri. (bin/ang)