Desakita.co – Founder Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Graha Yakusa, Muhlis Ali semakin serius untuk mewujudkan model pendidikan dan pelatihan bagi para pegiat dan pemberdaya Desa dengan menggunakan istilah Sekolah Desa.
Langkah ini dilakukan dengan secara maraton mengadakan pertemuan-pertemuam dengan sejumlah stakeholder desa baik di lingkungan pendamping desa dan pemerintah desa untuk menyelami kebutuhan riil warga desa serta menemukan berbagai problem desa guna mencarikan upaya jalan keluarnya.
“Gagasan Sekolah Desa ini ternyata mendapat banyak sambutan dari para kolega, ini sebagai respons positif keinginan besar pemerintah dalam rangka melakukan empowering desa baik secara pemerintahan, kemasyarakatan dan perekonomiannya. Jadi taglen Kementrian Desa yang berupaya mewujudkan Asta Cita Ke-6 Presiden Prabowo, Membangun Desa, Membangun Indonesia, akan kita dukung dengan keberadaan Sekolah Desa,” kata Muhlis Ali yang juga Ketua Himpunan Generasi Muda Madura, kepada desakita.co, Senin (13/10/2025).
Pada Jumat hingga Sabtu (10-11/10/2025), telah digagas pertemuan untuk semakin mendekatkan upaya mewujudkan keberadaan Sekolah Desa.
“Pada Jumat sore-malam di Warung Kopi Matarman, Kepanjen depan SMAN 1 Kepanjen telah dilaksanakan diskusi penyusunan silabus, kurikulum dan modul pembelajaran Sekolah Desa bersama beberapa TPP Kabupaten Malang dan TPP Gresik serta Kades Bangelan Kecamatan Wonosari yang kebetulan juga hadir,” kata Muhlis Ali yang juga Ketua Poros Pemuda Indonesia tersebut.
Muhlis menyebutkan rencananya dalam Oktober 2025 ini di Graha Yakusa akan diupayakan terselenggara sebagai langkah uji coba Sekolah Desa bisa terlaksana.
“Rencananya akan diselenggarakan trial Sekolah Desa pada Oktober 2025 dengan pemateri dan narasumber dari seputar Malang Raya dengan melibatkan akademisi, pemerhati desa dan TAPM. Harapannya kalau trial Sekolah Desa ini bisa sukses, maka kedepan Sekolah Desa akan Berkolaborasi dengan tokoh-tokoh nasional sebagai pematerinya,” harap Muhlis Ali.
Secara khusus Muhlis Ali memberikan apresiasi terhadap sejumlah TPP Kabupaten Malang yang telah menjadi kolega Gaha Yakusa selama ini.
“Maturnuwun kagem Mas Obenk, Mas Rurry, Mas Anwar, Mas Hendri TA PM, Mas Madjid TAPM serta Mas Royhan juga Mas Hendri Asmandat, serta adik-adik TPP alumni HMI yang tiada henti mensupport kegiatan Graha Yakusa, InsyaAllah hanya Gusti Allah yang berhak membalasnya. Terima Kasih juga kagem Mas Kades Budiono [Kades Bangelan] yang menyempatkan diri bisa berdiskusi seputar Koperasi Desa, BUMdesa dan Wisata Desa,” tegas Muhlis Ali.
Deki Umamun Rois, yang rencananya diberi amanah sebagai pengelola Sekolah Desa, yang kini sebagai Pendamping Desa Kecamatan Wagir itu sangat antusias dalam mengupayakan penyususan silabus, kurikulum dan modul Sekolah Desa.
“Sekolah Desa versi Pusdiklat Graha Yakusa ini tentu berbeda dengan rencana adanya program studi tentang Desa yang kini juga digagas oleh sejumlah perguruan tinggi salah satunya oleh Fisip Universitas Jember. Sekolah Desa Graha Yakusa diharapkan lebih membumi, lebih aplikatif dalam menjawab problematika seputar pemverdayaan desa dan penguatan Civil Society Village yang kini jadi Backbone program pembangunan Nasional,” kata Deki yang juga alumnus Magister dari salah satu Perguruan Tinggi di Malaysia itu.
Deki menambahkan keterlibatan ruang publik dalam penguatan program pemberdayaan dan pembangunan desa menjadi keniscayaan bagi persiapan menuju Indonesia Emas 2045.
“Membangun Desa, Membangun Indonesia sangat tepat dan mesti diperkuat dengan sinergi dan kolaborasi berbagai sektor. Konsep Pentahelix Desa akan jadi fokus utama dalam proses belajar-mengajar di Sekolah Desa. Karena sesungguhnya Desa Adalah Koentji Peradaban Indonesia Emas 2045 mendatang,” tegas Deki yang alumnus Fisip Universitas Jember itu.
Sekolah Desa Era Old
Muhlis Ali menjelaskan dalam panduan sejarah telah disebut istilah Sekolah Desa model politik etis dari Pemeri tah Hindia Belanda bagi rakyat pelosok, keberadaan sekolah desa ini sebagai jawaban atas semakin maraknya Sekolah Rakyat yang dikembangkan da diinisiasi oleh Sarikat Islama Cabang Semarang yang dimotori oleh tokohnya Tan Malaka yang saat itu masih jadi pengurus dan anggota SI.
Wikipedia yang dihimpun desakita.co menyebutkan, Sekolah Desa merujuk pada beberapa hal: inisiatif kolaboratif pemerintah dan mitra pembangunan untuk pelatihan dan pemberdayaan masyarakat desa, serta program pendidikan kesetaraan (Paket A, B, C) bagi warga desa yang putus sekolah, yang diselenggarakan oleh pihak seperti Sarjana Desa.
Secara historis, “Sekolah Desa” juga bisa merujuk pada Volksschool yang didirikan Belanda di masa kolonial.
Graha Yakusa Gagas FGD Sekolah Desa
Sebelumnya, Ditengah upaya perluasan fasilitas pusdiklat Graha Yakusa tersebut, Muhlis Ali terlibat diskusi hebat dengan sejumlah Pendamping Desa serta pegiat dan pemberdaya desa sehingga ide dan gagasan membuat Sekolah Desa tersebut semakin bergemuruh untuk segera diwujudkan.
“Namun, sebelum program tersebut diluncurkan, Graha Yakusa akan menggelar Focus Group Discussion (FGD) terlebih dahulu dengan tajuk Menuju Sekolah Desa,” yang mengangkat tema-tema krusial bagi pengembangan desa-desa di Indonesia,” kata Muhlis Ali kepada Redaksi JatimUPdate.id Kamis Malam (02/10/2025).
Lebih dalam Muhlis Ali menjelaskan FGD ini akan menyoroti sejumlah isu utama yang menjadi kunci keberhasilan pembangunan desa.
“Di antaranya adalah optimalisasi desa melalui program Astacita Keenam dari Presiden Prabowo Subianto dalam kontek Membangun Desa, Membangun Indonesia. Langkah ini juga sebagai upaya penguatan ketahanan pangan, pengembangan Koperasi Merah Putih, pemberdayaan UMKM desa, serta peran sentral pemuda dalam mendorong kemajuan komunitas desa,” ungkap Muhlis Ali yang telah menunjuk dua orang untuk dipasrahi mengelola keberadaan Sekolah Desa itu kedepannya.
Kedua orang yang dipasrahi mengelola itu adalah Deki Umamun Rois dan Syafiq Maulana.
“Mas Deki [Deki Umamun Rois] ini alumnus Fisip Universitas Jember S1 nya, S2 nya dituntaskan di Malaysia dan kini sebagai Pendamping Desa di Kabupaten Malang yang telah berkeliling sejumlah kecamatan selama memasuki 10 tahun ini, saya tunjuk sebagai Kepala Sekolah Desa. Syafiq Maulana sendiri alumnus Fakultas Ilmu Perikanan Universitas Brawijaya, kini tengah menempuh S3 itu mendampingi sebagai Wakil Kepala Sekolah Desa,” tegas Muhlis Ali.
Diskusi ini bertujuan mengidentifikasi langkah konkret untuk mendukung desa agar dapat mandiri dan berdaya saing, sekaligus menjawab tantangan sosial dan ekonomi yang ada.
Sejumlah problem yang kini membelit desa termasuk konteknya Dana Desa, perencanaan kawasan desa terintegratif, publikasi desa, pengawasan serta penguatan kapasitas fiskal desa akan dibedah dan dicarikan jalan keluarnya secara bertahap dan sistemik.
Lebih detail kegiatan FGD rencananya akan menghadirkan sejumlah tokoh akademisi dan praktisi desa yang kompeten, seperti Prof. Zainuddin Maliki (Penasehat Kementerian Desa PDT), DR. Imron Rozuli selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB), Redy Eko Prasetyo, Staf Dosen Universitas Brawijaya yang berhasil menggagas dan mewujudkan Kampung Cempluk, Hadi Prasetyo, mantan Kepala Bappeprov Jawa Timur era Gubernur Imam Utomo dan Soekarwo, Lutfil Hakim, Ketua PWI Jawa Timur, Prof. Dr. Suparto Wijoyo, Pakar Hukum Lingkungan Universitas Airlangga, Prof. Dr. Nafik Hadi Riandono, ekonom Universitas Airlangga, Dr Budhi Santoso, Wakil Dekan Fisip Universitas Jember, Mohammad Dyah Agus Muslim, Dirut PT Puspa Agro (BUMD Pangan Dan Logistik Pemprov Jatim), Rendyta Witrayani Setyawan selaku Kepala Desa Senggreng Kabupaten Malang dan Yuristiarso Hidayat, tenaga ahli -portable- yang kini bertugas sebagai TAPM Kabupaten Gresik. (ju)