Potensi

Kaya Potensi Peninggalan Bersejarah, Pemdes Watugaluh Diwek Jombang Komitmen Lakukan Upaya Pelestarian

×

Kaya Potensi Peninggalan Bersejarah, Pemdes Watugaluh Diwek Jombang Komitmen Lakukan Upaya Pelestarian

Sebarkan artikel ini
PENINGGALAN SEJARAH: Kepala Desa Watugaluh Feryanto menunjukkan salah satu lokasi peninggalan bersejarah Situs Mpu Sindok di desanya.

Desakita.co – Desa Watugaluh, Kecamatan Diwek memiliki banyak peninggalan bersejarah yang tersebar di semua dusun.

Mulai Dusun Watugaluh Krajan, Gendong, Jasem dan Dusun Nanggalan, memiliki peninggalan sejarah yang telah ditinjau dinas terkait.

“Pemerintah Desa (Pemdes) aktif menjalin komunikasi dengan berbagai pihak untuk menjaga kelestarian peninggalan sejarah di desa kami,” kata Feryanto Kepala Desa Watugaluh.

Tercatat saat ini ada beberapa peninggalan sejarah yang telah ditinjau Dinas Pendidikan dan Kebudayan (P dan K) Jombang serta Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur di Trowulan.

Peninjauan dilakukan sejak 2017 lalu. Mulai dari Batu Mpu Sindok, Sumur Upas hingga Lumpang Kenteng. Sampai sekarang, Pemdes dan masyarakat Desa Watugaluh merawat berbagai peninggalan sejarah tersebut secara mandiri.

“Berbagai kendala terutama terkait anggaran serta aturan pengelolaan juga menjadi tantangan tersendiri,” terangnya.

Peninggalan sejarah pertama yang menjadi fokus utama adalah Batu Mpu Sindok di Dusun Nanggalan.

Patok batu andesit dengan ukiran relief itu salah satu sisinya  dulu terkubur di dalam tanah.

Saat ini telah digali dan dibangun pagar sekeliling.

Status lahan yang merupakan tanah kas Desa (TKD) mempermudah pengelolaannya.

“Masyarakat sekitar menyebut Watu Mbah-mbeh, mereka kerap melakukan ritual sederhana jika akan melaksanakan hajat. Sedekah desa juga dipusatkan di sini,” tambah Feryanto.

Ke depan, Pemdes berencana akan menbangun jalan usaha tani (JUT) tepat di depan lokasi sejarah hingga tembus dari persawahan sampai kawasan pemukiman.

Selain itu, ada sumur kuno yang terletak di tengah sawah milik warga Dusun/Desa Watugaluh.

Sumur kuno dengan diameter sekitar 50 cm dan kedalaman 7-10 meter tersebut memilik struktur batu bata dengan ukuran besar 45×20 sentimeter.

“Air dari sumur yang disebut Sumur Upas tersebut konon dipercaya dapat mengobati berbagai penyakit,” bebernya.

Para petani juga memanfaatkan air dari sumur tersebut untuk mengairi tanaman di lahan pertanian.

Terlebih, air sumur tersebut tak pernah surut meski musim kemarau panjang.

Kemudian, tempat bersejarah terakhir adalah Watu Lumpang atau Lumpang Kenteng yang hingga kini masih disimpan rapi di salah satu rumah warga Dusun/Desa Watugaluh.

Lumpang besar dengan diameter 60 sentimeter tersebut dipercaya warga sebagai salah satu benda peninggalan dari kerajaan Mataram kuno dan sudah ada sebelum Desa Watugaluh diresmikan.

“Seluruh upaya pelestarian kami lakukan semaksimal mungkin, sembari menunggu langkah maupun perhatian serta instruksi lebih lanjut dari pemerintah daerah,” pungkas Feryanto. (dwi/bin/ang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *