DesaKita.co – Meluapnya Afvour atau saluran buang Kedungbajul membuat aktivitas warga di Desa Kedungbetik, Kecamatan Kesamben, Jombang semakin terganggu.
Mulai kemarin (20/1), air masuk ke permukiman dan sudah menggenangi pekarangan rumah.
”Air sejak sore sampai Jumat (19/1) malam naik, Sabtu pagi sudah ke pekarangan dan jalan,” kata Rokhim Kepala Dusun (Kasun) Kedungmacan kepada Jawa Pos Radar Jombang.
Sedikitnya ada tiga RT terdampak. Masing-masing RT 1 ada di 7 pekarangan rumah, RT 2 di 4 pekarangan, serta RT 3 berada di 11 pekarangan rumah warga.
”Paling parah di RT 3, karena tanahnya lebih rendah dan dekat dengan saluran,” imbuhnya.
Akibatnya, ativitas warga sekitar menjadi terganggu.
”Di sawah sekarang semakin dalam, mudah-mudahan tidak sampai masuk ke dalam rumah biarpun sudah ingip-ingip,” ujar Rokhim.
Diakui, luapan saluran buang itu membuat warga tidak bisa beraktivitas leluasa. Selain debit air naik, kondisi saluran sejak dulu butuh penanganan.
”Setiap tahun masuk musim hujan pasti begini, mudah-mudahan pemerintah daerah punya solusi biar tiap tahun tidak kebanjiran terus-terusan,” tambahnya serius.
Hal senada diungkapkan Sodikin warga Dusun Kedungmacan, yang pekarangan rumahnya ikut terendam air.
”Sejak Jumat malam itu sudah mulai kelihatan air tidak surut, sebaliknya malah naik, Sabtu pagi sudah ke jalan,” tegasnya.
Sementara itu, Kabid Sumber Daya Air (SDA) Dinas PUPR Jombang Sultoni, menjelaskan sebagian saluran buang yang mengarah ke Afvour Watudakon saat ini debit air memang naik sehingga berdampak ke anak saluran.
Imbasnya air surut lebih lama.
”Jadi kami hari ini (kemarin, Red) sudah survei, surutnya agak lama karena di Kesamben full semua termasuk Afvour Watudakon,” katanya.
Saat ini, daerah di hulu juga meluber. Paling parah berada di Desa Kedungbetik, Kecamatan Kesamben.
”Luberannya ke beberapa titik, karena di hulu kondisi saluran datar, sehingga aliran air tidak begitu deras,” imbuh dia.
Meski begitu, genangan muncul di beberapa titik lantaran air saluran meluap. Baik ke lahan pertanian maupun pekarangan rumah warga.
Kondisi ini didukung dengan Afvour Kedungbajul yang belum pernah dilakukan normalisasi. ”Kanan dan kiri saluran juga masih banyak pohon, karena belum dinormalisasi,” tutur dia.
Pada hilir saluran buang, terdapat di Afvour Watudakon yang kondisinya juga naik sehingga harus bergantian.
”Istilahnya sekarang air antre, ketika Watudakon sudah agak turun, untuk lainnya akan mengikuti,” pungkasnya. (fid/bin)