Desakita.co – Wakil Kepala Madrasah Bidang Akademik MAN 6 Jombang Wadlihah Nawaningsih MPdI memiliki kesibukan di berbagai kegiatan baik di luar maupun di madrasah.
Ningsih harus pandai mengatur waktunya.
Ia berusaha agar tanggung jawabnya sebagai ibu dan sebagai abdi negara bisa berjalan bersamaan.
”Setiap hari, meski waktunya tidak banyak, saya berusaha untuk berkomunikasi dengan anak-anak,” kata Ningsih.
Ia mulai diangkat menjadi guru PNS di MAN 6 Jombang pada 2009 dan mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Ia selalu berangkat ke sekolah lebih awal.
”Harus tepat waktu, karena semakin molor semakin macet, karena perjalanan ke sekolah cukup jauh, dari Denanyar ke Murukan, Mojoagung,” katanya.
Sampai madrasah, ia langsung memantau siswa dalam pembiasaan pagi, seperti salat Duha, baca Alquran bersama dalam kelas, hingga KBM jam pertama.
”Sebisa mungkin saya berprinsip, pekerjaan tidak dijadikan beban, saya jalani dengan fondasi yang iklhas, niat melaksanakan kewajiban dan ibadah,” jelasnya.
Sehingga, ia enjoy setiap hari menjalani pekerjaan dengan senang, dan pulang menjalani peran ibu dengan bahagia.
Sebab, kasih sayang untuk anak adalah hak yang harus didapatkan.
”Sebisa mungkin setelah murojaah rutin setiap selesai salat Magrib, kami membangun komunikasi walau waktunya sedikit,” katanya.
Dalam hal pendidikan, baginya fondasi agama merupakan hal paling penting yang harus didapatkan anak.
Melalui ilmu agama, menjadi salah satu caranya sebagai orang tua untuk menjadikan anak sukses di dunia dan di akhirat.
”Sebaik-baik manusia setelah dewasa fondasi yang paling penting adalah agama. Berbagai macam pengaruh dunia kalau fondasi agama kuat maka akan jadi anak yang selamat dunia akhirat,” ungkap wanita kelahiran Jombang, 28 Januari 1979 tersebut.
Anak pertamanya, Muhammad Danish Dhiyaulhaq kini kuliah di UNS Jurusan Teknik Informatika semester 4.
Anak kedua, Nabilah Nuraini Rohadatul ‘Aisy kini kelas 12 MAN 1 Jombang, dan Muhammad Rizqu Abkary Alfayadh kelas 6 SDIT Ar Ruhul Jadid Jombang.
Dalam hal memilih sekolah misalnya, ia selalu berdiskusi dengan anak-anaknya sebelum mengambil keputusan.
Ia memberikan gambaran tentang alasannya memilihkan sekolah. Yang paling utama adalah tentang agama sebagai pertimbangan.
”Begitu pula anak-anak, ketika mereka memiliki pilihan, saya minta untuk menjelaskan alasannya apa,” katanya.
Sehingga setelah mendapatkan kesepakatan, baik itu pilihannya maupun pilihan anaknya, sang anak bisa ikhlas dalam bersekolah karena sudah didasari alasan yang kuat sebelumnya.
”Yang penting anak harus happy dan ikhlas dalam belajar. Karena mereka tahu, alasan orang tuanya menyekolahkan di sana karena apa,” pungkasnya. (wen/naz/ang)
Respon (1)