Desakita.co – Berangkat dari keterpaksaan menjadi guru, kini Diah Handayani SPd justru ingin terus mengabdikan diri pada dunia pendidikan.
Tidak hanya mengajar tapi juga terus belajar untuk menambah pengetahuannya.
’’Bisa dibilang saya ini dulu jadi guru karena terpaksa. Secara tidak sengaja saya tiba-tiba menjadi guru,’’ kata guru Matematika SMAN 2 Jombang tersebut.
Warga Desa Candimulyo Kecamatan Jombang ini dulu menempuh pendidikan di RA Riyadul Jannah Kauman Utara. Kemudian melanjutkan di MIN 1 Jombang, MTsN 3 Jombang lalu di MAN 1 Jombang.
Ia terus di madrasah karena mematuhi perintah kedua orang tuanya yang menginginkan Diah memahami ilmu agama.
Setelahnya, dia kuliah di UPJB Jombang Jurusan Pendidikan Matematika. Itu karena dia anak tunggal dan tidak diizinkan orang tua kuliah di luar kota.
Di awal-awal masa perkuliahan, Diah justru mendapatkan tawaran menjadi guru di MI Muawanah Al – Hasyimiyah Mojoagung. Karena ada salah satu guru MI yang waktu itu cuti hamil.
Awal-awal menjadi guru MI, ia merasa tidak hanya kemampuannya mengajar yang diuji, tapi juga kesabarannya.
’’Dulu bukan tidak bisa menjadi guru, tapi belum memiliki ilmunya. Bagaimana menghadapi siswa dan lain sebagainya. Sebab saya waktu itu baru kuliah, langsung diminta jadi guru,’’ urainya.
Setelah guru yang hamil kembali mengajar, dia memang tidak lagi mengajar MI. Tapi kemampuannya kembali ditempa pada jenjang SMP di yayasan yang sama.
Pada 2004, setelah lulus S1, Diah kemudian menjadi guru honorer di SMKN Mojoagung.
Ia kemudian mencoba untuk mendaftar seleksi CPNS tahun 2010. Diah diterima dan ditempatkan di SMKN Wonosalam. Dua tahun kemudian ia dipindah ke SMKN 1 Jombang hingga 2014. Lalu ia dipindah ke SMAN 2 Jombang sampai sekarang.
Baca Juga: Intip Sosok Fatihah Nurlailiyatussa’ada Siswi MAN 4 Jombang, Jadi Inisiator Muda Moderasi Beragama
Pengalamannya mengajar mulai dari MI, SMP, SMK dan SMA, membuatnya kini menjadi semakin mantap dan enjoy menjadi guru.
Tidak hanya ilmu yang cukup, tapi juga dengan pendekatan hati. Ia sudah mengetahui bagaimana cara menghadapi siswa dari tahun ke tahun, serta dari kurikulum satu ke kurikulum yang lain.
Menurutnya, menghadapi siswa saat ini lebih kepada mengajak ngobrol dan memposisikan diri sebagai teman.
’’Menghadapi siswa zaman sekarang tidak bisa disamakan seperti dulu, kalau ada yang salah dimarahi, tidak bisa sekarang. Kalau ada masalah diajak ngobrol cari solusi bareng-bareng,’’ paparnya.
Diah kemudian tertarik untuk menjadi guru penggerak pada angkatan kelima, atau angkatan pertama se-Kabupaten Jombang. Itu dikarenakan ia ingin upgrade ilmu yang dimiliki sebagai guru.
Sebab dalam pendidikan guru penggerak, banyak ilmu baru yang ia ketahui, ditambah dukungan dari teman sejawat serta pimpinan.
’’Dari guru penggerak, saya bisa mengetahui perkembangan keilmuan terbaru. Saya tidak ingin kalah dengan siswa-siswa yang pengetahuannya saat ini jauh lebih cepat,’’ katanya.
Diah juga berpengalaman di sejumlah organisasi. Saat ini masih aktif sebagai pengurus NU Care LAZISNU PCNU Jombang. Serta lulus dalam PD-PKPNU (Pendidikan Dasar – Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama) pada maret 2024.
Saat ini, Diah juga dipercaya menjadi pembina OSIS SMAN 2 Jombang.
Dia harus bergaul, berbaur dan mengikuti seluruh ide brilian serta memberikan masukan terhadap kegiatan yang dicanangkan OSIS SMAN 2 Jombang.
’’Kalau saya bilang, anak OSIS SMAN 2 Jombang ini adalah anak-anak hiperaktif, banyak sekali idenya yang sangat brilian dan saya sangat mendukung itu,’’ ungkapnya.
Selama karirnya, Diah telah mendapat sejumlah penghargaan. Di antaranya, mendapatkan piagam tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya 10 tahun pada 15 Desember 2022. (wen/jif)