Opini

Puasa dan Kesalehan Sosial

×

Puasa dan Kesalehan Sosial

Sebarkan artikel ini
M Subaidi Muchtar Sekretaris Dewan Syura DPC PKB Jombang

Oleh: M Subaidi Muchtar

–           Ketua Fraksi PKB DPRD Jombang

–           Anggota Komisi B DPRD Jombang

–           Sekretaris Dewan Syura DPC PKB Jombang

Desakita.co – Hampir semua orang ingin dilihat bahwa dirinya sebagai orang yang baik, orang yang tanpa cacat, orang yang saleh, bahkan  kalau bisa terlihat seperti dewa.

Apalagi di era digital seperti saat ini, citra kesalehan seseorang nyaris bisa direkayasa sedemikian rupa mendekati citra seorang dewa tanpa cacat sedikitpun.

Tak jarang kita lihat amal menjadi bahan kapitalisasi sosial untuk mencerminkan kesalehannya. Bahkan perbuatan dosa diplintir sedemikian rupa seakan-akan sebagai sebuah kabajikan yang harus diapresiasi oleh orang lain.

Dunia digital dan maraknya aplikasi media sosial telah menyediakan ruang kepura-puraan yang semakin sempurna.

Kecenderungan manusia merusak kesucian jiwa dan  men-downgrade integritasnya, maka agama memberikan cara untuk mengembalikan kesucian jiwa dan kekuatan integritas diri sebagai khalifah dimuka bumi, melalui ibadah puasa Ramadan.

Baca Juga: Jadi Narasumber Kajian Ramadan, Wakil Rektor Unipdu Jombang Sampaikan Transformasi Pendidikan di Era Digital

Puasa bukanlah sekedar menahan rasa lapar dan haus, melainkan upaya merekontruksi eksistensi diri sebagai manusia yang terlahir kembali menjadi suci dan dibalut dengan sifat-sifat ilahiyah yang berisikan kejujuran dan integritas.

Secara sosial, kesucian jiwa dan kesalehan masing-masing pribadi sebagai hasil dari riyadoh puasa sebulan penuh. Kita semua pasti berharap memberikan dampak terhadap tata kehidupan masyarakat.

Maka seharusnya bangsa Indonesia yang mayoritas muslim dan setiap tahun melakukan penyucian diri melaui puasa Ramadan, bangsa ini harusnya menjadi bangsa yang unggul di muka bumi.

Baca Juga: Kajian Unipdu Jombang: Mendidik Anak dengan Teladan

Tetapi kenapa sepertinya kita menjadi bangsa yang hipokrit (orang yang suka berpura-pura) ataukah kita sebenarnya komunitas yang baik tetapi hidup didalan sistem sosial dan politik yang jelek. Wallahu ‘alam.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *