Desakita.co – Arti dan Sejarah Mudik
Dalam makna Jawa, mudik artinya “mulih dilik”, yang berarti “pulang sebentar”.
Budaya mudik sudah jauh ada pada zaman dahulu. Kebiasaan ini masih ada hingga saat ini dan merupakan bagian dari budaya orang Indonesia.
Mudik dalam Ajaran Agama
Mudik memiliki spirit silatuhrami, hal ini ternyata adalah ajaran Islam. Dalam hadis banyak dijelaskan tentang silatuhrami.
Mudik momen silatuhrami kepada orang tua, dalam lagu Qur’any berjudul dulukan akhlak karya Abah KH M Qoyim Ya’qub dijelaskan, tujuannya untuk berbuat baik pada orang tua. Dalam syairnya ’’hormati, kunjungi dan beri harta.’’
Substansi Mudik ala Wali Songo
Mudik tujuannya merayakan Idul Fitri. Idul Fitri adalah kembali ke fitrah, fitrah yang dimaksudkan adalah fitrah ketuhanan. Dimana seorang manusia sebelum lahir ke dunia telah membuat perjanjian dalam kandungan dengan Allah SWT.
Siapa pun yang sedang dalam kandungan pasti membuat perjanjian dengan Allah, ’’Bukankah Aku Tuhanmu, betul, Engkau Tuhanku.’’ Sebagaimana disebutkan dalam QS Al-A’raf ayat 172.
Ini persaksian pertama ruh kita kepada Tuhan. Kita mungkin lupa persaksian tersebut. Tidak peduli apakah kita menyadari atau tidak, persaksian ini menghasilkan keinginan dalam jiwa manusia untuk bertemu kembali dengan Tuhan.
Baca Juga: Puasa dan Kesalehan Sosial
Jadi, kembali ke jati diri kemanusiaan kita sebagai hamba. Sebagai seorang individu yang telah mengambil bagian dalam “waktu alastu”, hakikat atau substansi dibalik tradisi mudik saat Idul Fitri yang diajarkan oleh Wali Songo dapat ditemukan.
Namun, sayangnya, fokus kita lebih pada aspek fisik dari tradisi mudik.
Mudik memiliki aspek sosio antropologis, yaitu kembali ke kampung. Selain itu, aspek tasawuf-psikologis, yang mencakup kembali ke ruh terdalam kita. Yang sebenarnya, mereka selalu menangis dan merindukan Tuhan.
Namun, telinga dalam kita tidak dapat mendengarnya karena rutinitas hidup kita menutupinya. Dalam konteks kontemporer, aspek sosio-antropologis tradisi mudik lebih dominan daripada aspek psikologis-tasawuf.
Semoga tahun 2025 ini kita mudik lahir dan batin. Amin
Penulis: Ali Mustofa (Sekretaris LPTNU Diwek, Dosen STIT Al-Urwatul Wutsqo Jombang)
Alhamdulillah, Ikut merasa senang dan bersyukur atas pencerahannya Bapak Ali Mustofa, Semoga ilmunya bermanfaat didunia dan akhirat Aamiin
Semoga Barokah dalam lindungan Allah SWT