Pendidikan

Pandai Bahasa Arab, Ini Kisah Pemuda Desa Kayangan Jombang yang Berhasil Kuliah di Mesir

×

Pandai Bahasa Arab, Ini Kisah Pemuda Desa Kayangan Jombang yang Berhasil Kuliah di Mesir

Sebarkan artikel ini
Zidny Hudaya Ahmad pemuda asal Desa Kayangan, Kecamatan Diwek saat di Mesir.

Desakita.co – Zidny Hudaya Ahmad pemuda asal Desa Kayangan, Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang berhasil menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar Mesir.

Ia memilih Mesir lantaran negara ini memiliki tradisi keilmuannya yang kuat dan menjadi poros dan kiblat para pencari ilmu dari berbagai penjuru dunia Islam.

”Saya memilih negara Mesir karena merupakan kiblatnya para penuntut ilmu agama Islam.

Ada sebuah ungkapan yang berbunyi: jika kiblat umat Islam untuk beribadah salat adalah Kakbah, maka kiblat untuk menuntut ilmu adalah Mesir,” kata mahasiswa Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir tersebut.

Mesir adalah salah satu negara yang Zidny kagumi, utamanya Universitas Al Azhar tempat dia belajar saat ini adalah pusat Manhaj Ahlussunnah Wal Jamaah.

”Di sini, para ulama sangat berilmu dan berkompeten,” ungkap Zidny menceritakan kekagumannya terhadap Mesir.

Para ulama Mesir mampu menentramkan hati para penuntut ilmu.

Berdamai dalam perbedaan pendapat yang beraneka ragam.

”Itu sesuai dengan ungkapan ikhtilafu aimmah rohmah,” kata pemuda asal Desa Kayangan, Kecamatan Diwek tersebut.

Dalam hal beribadah, di Mesir tidak berbeda dengan semua ilmu yang ia pelajari di pondok pesantren Tebuireng.

Bahasa Arab sudah menjadi bahasa yang tidak asing lagi bagi Zidny.

Sebab, sejak duduk di bangku MI Perguruan Mu’allimat Cukir, Zidny juga mendalami penguasaan bahasa Arab.

Selain itu, ia juga aktif dalam banyak kegiatan, mulai dari organisasi ekstrakurikuler juga mengikuti beragam lomba.

Niat yang kuat untuk belajar di luar negeri sudah ada sejak ia masih duduk di bangku aliyah.

Ia mempersiapkan diri dengan belajar, mulai dari memperdalam ilmu Bahasa Arab membaca kitab dan hafalan Alquran 5 juz..

”Saya sudah biasa belajar bahasa Arab dan membaca kitab sejak MI Jadi bukan hal asing bagi saya,” jelas alumnus MTs Salafiyah syafi’iyah Tebuireng tersebut.

Prestasinya ketika duduk di bangku MA Salafiyah Syafi’iyah Tebuireng juga cukup banyak.

Ia pernah menjuarai pidato online nasional di Aceh, menjuarai Olimpiade Bahasa Arab se-Kabupaten Jombang, dan mewakili Kabupaten Jombang pada Olimpiade Bahasa Arab se-Jawa Timur.

Zidny menjadi ketua kumpulan Dai Tebuireng.

”Saya juga juara hiwar (lomba bercakap-cakap) dalam bahasa Arab antarunit pondok pesantren Tebuireng,” ungkapnya.

Putra pasangan Akhmad Halim dan Ainun Nahdliyah berangkat ke Mesir lewat jalur Kementerian Agama RI non beasiswa.

Baru mendapatkan beasiswa dari Muassasah Mishr Al-Khoir ketika sudah sampai di Mesir.

Untuk mendapatkan beasiswa itu, ia  mendaftarkan diri dan mengikuti seleksi dari pihak asrama.

Dilihat dari nilai di kuliah, hafalan Al-Qur’an, dan bahasa Arab.

Selain kemampuan akademik, menurutnya yang perlu dipersiapkan ketika mau kuliah di luar negeri adalah mental.

Sebab, akan lama jauh dengan orang tua, keluarga dan teman-teman.

Mempelajari bahasa asing di negara tujuan juga tak kalah penting.

”Alhamdulillah saya sangat bahagia karena diberi kesempatan kuliah di sini.

Tapi, kadang-kadang ya sedikit sedih, karena harus tinggal jauh dari orang tua tercinta,” ungkapnya yang mulai tinggal di Mesir sejak Tahun 2022.

Zidny kini sudah semester tiga, pada jurusan Tafsir Alquran.

”Selama sekolah saya hafalan 5 juz, menunggu keberangkatan hafalan saya nambah 4 juz, jadi total 9 juz,” tambahnya.

Awal tinggal di Mesir pemuda kelahiran Jombang, 28 September 2002 merasakan beberapa culture shock.

Mulai dari sisi iklim hingga makanan. Di Mesir ada musim dingin dan ada musim panas.

Sedangkan makanan pokok yang ada di Mesir adalah gandum yang biasanya diolah menjadi roti.

”Jadi, kami harus menyesuaikan itu, kalau dingin ya dingin banget. Kalau panas ya panas banget,” tambahnya.

Zidny memiliki cita-cita besar. Ia ingin menyelesaikan studi S1, S2, hingga S3 di luar negeri.

Harapannya, ia ingin berkontribusi di bidang pendidikan agama Islam.

Ia mengaku prihatin, ketika melihat informasi jika 70 persen masyarakat muslim Indonesia belum bisa membaca Alquran.

”Itu merupakan sebuah PR bagi kami para pengemban amanah agama Islam,” imbuhnya.

Tidak hanya omong kosong, meskipun belum lulus, Zidny sudah memulai langkahnya dengan membuat platform belajar online bernama Hasanain Center.

Model belajarnya secara virtual. Ada materi tentang belajar bahasa Arab, Fiqih, Aqidah, dan Alquran.

”Itu adalah sebuah langkah awal dari beribu langkah yang akan saya tempuh kedepannya,” pungkas pemuda yang suka bermain sepak bola dan membaca tersebut. (wen/naz/ang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *