Potensi

Pernah Coba? Krengsengan Bekicot Khas Wonosalam Jombang Sajikan Rasa Unik dan Gurih

×

Pernah Coba? Krengsengan Bekicot Khas Wonosalam Jombang Sajikan Rasa Unik dan Gurih

Sebarkan artikel ini
DIOLAH: Heri Susanto warga Dusun Tukum, Desa Wonosalam mengolah daging bekicot menjadi kuliner unik.

Desakita.co – JIKA biasanya bekicot dianggap hama di kebun, lain halnya di tangan Heri Susanto, warga Dusun Tukum, Desa/Kecamatan Wonosalam berhasil menyulap hewan bercangkang tersebut menjadi sajian kuliner krengsengan bekicot yang menggugah selera.

Sejak setahun terakhir, Heri mencoba mengolah bekicot yang banyak ditemui di kawasan pegunungan Wonosalam menjadi menu makanan baru.

Alasannya sederhana, bahan bakunya melimpah di alam dan menurutnya bisa jadi tambahan protein yang terjangkau. ”Kebetulan di sini banyak sekali bekicot. Sayang kalau tidak dimanfaatkan. Jadi saya coba olah untuk jadi kuliner,” ujarnya, Rabu (17/9).

Proses pengolahan bekicot ini memang tidak biasa. Untuk memastikan dagingnya empuk dan tidak keras, Heri harus merebusnya dua kali dengan durasi cukup lama.

Baca Juga:  Dukung Pemerintah Bangun IPAL Biogas di Sentra Tahu Desa Mayangan, Ini Komitmen PLN

Setelah itu, barulah bekicot dimasak dengan aneka rempah-rempah khas krengsengan, seperti cabai, bawang merah, bawang putih, daun jeruk, dan bumbu dapur lainnya. Hasilnya adalah masakan bercita rasa gurih pedas dengan tekstur lembut yang unik.

Baca Juga: Pesona Eksotis Sungai Boro di Lereng Gunung Anjasmoro: Jernih dan Asri, Cocok untuk Edukasi Lingkungan

Meski terdengar asing bagi sebagian orang, krengsengan bekicot mulai mendapat tempat di hati para pecinta kuliner. Bahkan, ada pengunjung yang sengaja datang ke Wonosalam hanya untuk mencicipinya.

”Banyak yang bilang rasanya unik. Ada juga yang mencari karena percaya ada khasiatnya untuk kesehatan, terutama penderita asma,” ungkap Heri.

Krengsengan buatan Heri, dinilai memiliki cita rasa khas. Krengsengan bekicot kini menjadi salah satu ikon kuliner alternatif di kawasan wisata Wonosalam. ”Ini varian baru menu kuliner di Wonosalam,” pungkasnya.

Baca Juga:  Marak Reklame Kadaluarsa di Jalan Kabupaten, Tim Gabungan Pemkab Jombang Sapu Bersih 84 Reklame Liar dalam Sehari

Bekicot Langka di Musim Kemarau

SEMENTARA itu, untuk dapat menikmati sepiring krengsengan bekicot khas Wonosalam, pembeli harus pesan dulu.

Pasalnya, sejak musim kemarau, keberadaan bekicot di lingkungan Dusun Tukum, Desa Wonosalam, mulai sulit ditemui. Kondisi itu membuat Heri Susanto, pedagang sekaligus peracik krengsengan bekicot, harus putar otak agar usahanya tetap berjalan.

Heri mengaku selama ini bekicot bisa dengan mudah ia dapatkan langsung dari sekitar rumahnya. Namun, begitu musim kemarau tiba, jumlahnya berkurang drastis.

Baca Juga: Lembut dan Creamy! Warga Wonosalam Jombang Sulap Alpukat Mentega Jadi Es Krim Segar

Baca Juga:  Kreatif, Desa di Jombang Ini Optimalkan Pengelolaan Sampah untuk Genjot PAD

”Kalau musim hujan biasanya melimpah, tinggal ambil saja. Sekarang jarang sekali,” tuturnya.

Untuk menyiasati kelangkaan bahan baku itu, Heri memilih menyimpan stok bekicot dalam freezer. Dengan cara tersebut, ia tetap bisa melayani pelanggan. ”Jadi harus pesan dulu, Kecuali kalau bahan tersedia,” jelasnya.

Dari dapurnya, krengsengan bekicot ditawarkan dengan dua pilihan. Satu porsi lengkap dengan nasi dihargai Rp 15 ribu, sedangkan kemasan per pack tanpa nasi dipatok Rp 10 ribu.

Meski sederhana, cita rasa khas yang berpadu dengan tekstur empuk membuat banyak pelanggan ketagihan. ”Pelanggan sering pesan dulu sebelum ke sini,” pungkasnya. (ang/naz)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *