DesaKita.co – Arsitektur masjid di Jombang kini semakin beragam. Banyak masjid baru yang dibangun gaya Arab, minimalis modern.
Salah satunya Masjid H Suwarno di Dusun Plosogerang, Desa Plosogeneng, Kecamatan Jombang.
’’Masjid ini dibangun hanya dalam waktu sekitar tiga bulan,’’ kata Ustad Salim, ketua takmir.
Pembangunan diawali tiga bulan sebelum Ramadan 2018. Kemudian diresmikan bersamaan peringatan nuzulul Quran 2018.
’’Luas totalnya 425 meter persegi. Bisa menampung 400 jamaah,’’ terangnya. Bangunan utama masjid luasnya 8X12 meter.
Semua dindingnya terbuat dari kaca. Tanpa kubah dan tanpa tiang. Sebagai penanda masjid, ada menara bertuliskan lafad Allah.
Di dalam masjid tidak terasa panas. Karena dinding kaca dilapisi grc krawangan lubang motif Arab yang terbuat dari campuran semen. Grc itu berfungsi sebagai hiasan sekaligus penghalang sinar matahari.
Di dalam masjid juga terdapat dua AC dan lima kipas angin dinding.
Di timur bangunan utama terdapat serambi terbuka dengan luas 2X12 meter. Di timurnya lagi terdapat serambi tertutup sekitar 2×12 meter.
Ruang terbuka menghubungkan bangunan inti masjid dengan serambi tertutup.
’’Saat ada pengajian, jamaah paling senang menempati serambi terbuka karena isis,’’ jelasnya.
Serambi terbuka itu berfungsi sebagai sirkulasi udara dan pencahayaan. ’’Saat hujan memang air jatuh ke lantai. Tapi langsung diserap. Ada serapan airnya,’’ bebernya.
Serambi tertutup dihiasi lampu bundar yang indah. Plafonnya dihiasi grc krawangan masif motif Arab. ’’Masjid ini dibangun H Agung pemilik AFCO agar para karyawan pabrik bisa selalu salat berjamaah,’’ kata Ustad Salim.
Masjid berada di barat jalan. Sedangkan pabrik di timur jalan. ’’Masjid ini sering dipakai pengajian rutin kampung. Saat salat Jumat, jamaah dari warga kampung juga banyak,’’ terangnya.
Santri Tiban
BEGITU masjid selesai dibangun, langsung ada santri yang datang. ’’Santri pertama dari Sukabumi Jawa Barat,’’ kata Ustad Salim.
Satu daerah dengan Ustad Salim yang memang asalnya dari Sukabumi. Setelah 10 tahun menghafalkan Alquran di Banten, Ustad Salim nyantri ke PP Safinatul Huda (Safinda) Bandung, Diwek.
Baru setahun di Safinda, dia ditugaskan ke Masjid H Suwarno. ’’Kebetulan ada santri dari Sukabumi yang baru datang, akhirnya dia ikut ke sini,’’ jelasnya.
Tidak lama kemudian ada santri lagi yang datang. ’’Sekitar tujuh santri,’’ ucapnya. Mereka tidur di masjid. ’’Saat itu belum ada pondoknya,’’ ungkapnya. Akhirnya, dibangunkan pondok oleh H Agung.
’’Sekarang ada 45 santri yang tinggal di sini,’’ bebernya. Mereka setoran hafalan kepada Ustad Salim.
’’Disini ada diniyahnya juga. Ngajarnya dibantu ustad dari luar,’’ terangnya. Tiap Selasa malam ada kajian yang diisi Ustad Mohammad Sofyan Efendi.
Habis Asar TPQ anak kampung. Malam diniyah. Usai Subuh setoran hafalan. ’’Santri di sini rata-rata sekolah SMP dan SMA,’’ kata juara 1 MTQ Kabupaten Jombang cabang qiroah sab’ah 2018 ini. (jif/naz/fid)