Desakita.co – Angka pernikahan dini di Kabupaten Jombang masih tinggi. Awal 2024 hingga Februari, tercatat ada 95 remaja usia dibawah 20 tahun yang menikah.
Penyebab utamanya, kehamilan di luar nikah.
’’Meski tidak semua, tapi mayoritas pernikahan dini terjadi karena kehamilan di luar nikah. Data yang kami miliki tahun 2024 masih sampai Februari saja,’’ kata Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (DPPKB-PPPA) Jombang, dr Pudji Umbaran, kemarin.
Angka pernikahan dini setiap tahun mencapai ratusan bahkan ribuan.
Yang paling tinggi selama enam tahun terakhir terjadi pada 2018, yaitu 1.336 kasus. Kemudian 2019 terjadi 746 kasus. 2020 ada 886 kasus. 2021 ada 518 kasus.
Pada 2022 naik menjadi 920 kasus. Kemudian turun jadi 590 kasus pada 2023.
Pudji mengatakan, rata-rata gadis Jombang menikah di usia 21-25 tahun. Dua bulan terakhir, ada 538 gadis yang menikah usia 21-25 tahun.
327 gadis menikah usia 26-30 tahun. Serta 242 gadis menikah diatas 30 tahun.
Pudji mengatakan, usia pernikahan paling ideal berdasarkan kebijakan BKKBN adalah 21 tahun untuk putri, dan 25 tahun untuk putra.
’’Pada usia tersebut sudah benar-benar matang, baik dari sisi kesehatan, psikologi, maupun ekonomi,’’ jelasnya.
Penekanan angka pernikahan dini selalu menjadi perhatian khusus. Sebab usia anak dibawa 20 tahun dinilai belum cukup, baik secara fisik juga psikologisnya.
Jika terlanjur terjadi, pernikahan dibawah 20 tahun bakal mendapatkan konseling lebih intensif di balai KB.
’’Sebetulnya semua pengantin mendapatakan konseling, tapi untuk dibawah umur akan lebih intensif,’’ terangnya.
Pernikahan dengan usia yang belum matang bisa berdampak kepada bayi yang dilahirkan.
Seperti stunting, robeknya jalan lahir hingga terjadi perdarahan jika melahirkan, bahkan bisa gangguan psikologi ibu seperti baby blues.
Yakni gangguan kesehatan mental yang dialami wanita pasca melahirkan. Gangguan ini ditandai dengan munculnya perubahan suasana hati, seperti gundah dan sedih secara berlebihan.
’’Pernikaan dini sangat memicu munculnya difforce atau perceraian dengan segala akibatnya,’’ tandasnya. (wen/jif/ang)