Lifestyle

Cinta Bahasa Arab, Perempuan Asal Jombang Dapat Beasiswa S2 di Mesir

×

Cinta Bahasa Arab, Perempuan Asal Jombang Dapat Beasiswa S2 di Mesir

Sebarkan artikel ini
Zuhrotul Malachah

Desakita.co – Ketekunan dan kecintaan terhadap ilmu telah membawa Zuhrotul Malachah melangkah jauh menuju Kairo, Mesir. Terhitung sejak 2009, ia sudah menempuh pendidikan S1 di Mesir. Kini ia kembali ke Mesir untuk kuliah S2 Fakultas Dirasat Islamiyah Jurusan Fiqh Umum.

Putri pasangan Muhyiddin dan Musyafi’ah ini tumbuh dalam lingkungan yang kental dengan nilai-nilai keislaman. Pendidikan formalnya dimulai di Gresik dan berlanjut ke Madrasah Aliyah Unggulan (MAU) Wahab Hasbullah Tambakberas, Jombang. Lembaga pendidikan yang memperkuat kecintaannya terhadap Bahasa Arab. ”Di pesantren, kami diwajibkan menggunakan bahasa asing, Arab atau Inggris. Dari situlah saya jatuh cinta pada Bahasa Arab, karena dengan bahasa itu saya bisa lebih memahami alquran,” ungkap ibu empat anak ini.

Kecintaannya pada Bahasa Arab terasah lewat berbagai kompetisi, mulai dari pidato hingga cerdas cermat. Keaktifan dan prestasinya membulatkan tekad untuk melanjutkan kuliah ke Mesir. Universitas Al-Azhar menjadi tujuannya karena diyakininya sebagai pusat keilmuan Islam dunia.

Melalui seleksi ketat dari Kementerian Agama, Malachah berhasil lolos dan berangkat ke Mesir pada 16 Maret 2009 secara mandiri. ”Biaya keberangkatan ditanggung sendiri, alhamdulillah kuliah saya mendapat beasiswa dari Al-Azhar untuk mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah,” jelasnya. Di Mesir banyak yang menyediakan asrama gratis, juga uang saku bulanan hanya dengan syarat nilainya harus bagus. Kini, ia terdaftar sebagai mahasiswi pascasarjana (S2) Jurusan Fiqh Umum di jenjang Dirasat Ulya Al-Azhar.

Menurutnya, bekal untuk dapat belajar di Timur Tengah yang paling penting adalah kemampuan Bahasa Arab dan hafalan Alquran. ”Siapkan hafalan Alquran dan perkuat kemampuan Bahasa Arab sebelum ikut seleksi ke Al-Azhar. Dan yang paling penting, tanamkan niat kuat untuk mencari ilmu,” pesannya.

Niat yang kuat, menurutnya penting, sebab di Al Azhar tidak mewajibkan mahasiswanya untuk hadir di perkuliahan. Di luar kuliah juga banyak aktivitas yang dilakukan seperti mengaji kitab di masjid-masjid yang diampu masyayikh Al Azhar, ada markaz untuk tahfidz Alquran. ”Tetapi kalau tidak kuat niatnya ya bisa saja diam di rumah, main game atau bahkan menghabiskan lis Drama Korea,” jelasnya.

Kuliah di Mesir tentu membutuhkan pemahaman ekstra. Sebab, perbedaan paling mencolok antara belajar di Indonesia dan di Mesir adalah soal bahasa. ”Kalau di Indonesia bisa langsung paham penjelasan dosen, di Mesir harus menerjemah dulu dari Bahasa Arab ke Indonesia di kepala, baru bisa menangkap maksudnya,” ungkap Malachah.

Soal lingkungan tempat tinggal, menurutnya, banyak orang Mesir yang  saling berlomba dalam kebaikan. Sedekah misalnya, tidak hanya dilakukan orang yang kaya saja, masyarakat dengan ekonomi menengah juga semangat menabung untuk disedekahkan, utamanya pada bulan Ramadan. ”Bulan mulia itu selalu disambut orang Mesir dengan sangat meriah, lampu vanus dimana-mana, pos berbuka gratis juga sangat banyak disediakan perorangan, setiap adzan magrib berkumandang, di sepanjang jalan pasti ada yang berbagi kurma, air minum, bahkan jus,” tambahnya.

Kesan lain yang membekas adalah budaya berjalan kaki masyarakat Mesir. ”Awal di sana saya sempat kaget, karena terbiasa naik motor di Indonesia. Di sini, untuk jarak dekat kami harus jalan kaki,” imbuhnya.

Selain aktif di perkuliahan, Lachah juga aktif di organisasi. Ia terpilih sebagai ketua Pimpinan Cabang Internasional (PCI) Muslimat NU Mesir. Ia aktif di organisasi NU Mesir sejak 2010, setahun sejak kedatangannya di Mesir. Ia juga pernah menjadi pengurus lembaga kaderisasi PCINU Mesir 2010-2012. Di tahun yang sama ia juga aktif menjadi kru buletin PCI fatayat NU Mesir. Pada 2012-2014 menjadi anggota lembaga Bahtsul Masail (LBM) PCI NU Mesir dan bendahara PCI Fatayat NU Mesir, dan pada 2022-2025 menjadi sekretaris PCI Muslimat NU Mesir.  Sebagai mahasiswa Universitas Al Azhar, Lachah juga aktif di organisasi Senat Mahasiswa Fakultas Syaria’ah Islamiyah (FSI) sejak 2009-2013. (wen/naz)

 

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *