Desakita.co – Padatnya kegiatan yang dilakukan, dr Ulfah Khannatul Izzahberupaya menjaga kesehatannya melalui olahraga. Minimal 15 menit setiap hari, ia berolahraga, yaitu jalan diatas treadmill.
”Kalau olahraga keluar tidak ada waktu, jadi setiap selesai subuh, saya treadmill minimal 15 menit setiap hari,” katanya.
Biasanya, ia juga jalan-jalan keluar bersama suaminya ketika hari minggu. Jalan kaki sekitar enam kilometer memutari jalan sekitar Jombang kota.
Sementara untuk helaing, biasanya dilakukan sebulan sekali ke Malang sekaligus mudik kerumah sang ibu. Jalan-jalan keluar kota, hanya dilakukan ketika anak-anaknya libur. Waktu senggangnya banyak dihabiskan di rumah saja, dengan nonton film bersama.
”Jalan-jalan biasanya saat anak-anak liburan saja, ke luar kota, jalan-jalan ke alam gitu,” katanya.
Sementara dalam hal pendidikan, Ulfah mengutamakan pendidikan keagamaan dan etika. Menurutnya, setinggi apapun ilmu yang dimiliki tapi tidak memiliki pondasi agama yang kuat dan etika, maka semua akan percuma.
”Tidak hanya kepada anak-anak saja, tapi juga adik-adik kedokteran ketika datang ke dinkes itu sering saya sampaikan, bahwa sepintar apapun kita, kalau agama dan etika tidak bagus, maka itu sia-sia saja,” jelasnya.
Ulfah bukan seorang ibu yang suka memaksakan kehendaknya kepada ketiga anaknya. Dalam hal pendidikan formal dan profesi. Ia tak menuntut ketiganya untuk menjadi dokter, sama seperti profesi ayah dan ibunya.
Baca Juga: Sri Rahayu Wanita Karir Asal Kelurahan Kaliwungu Jombang (2): Jaga Kesehatan dengan Rutin Bersepeda
Ia membuka diskusi, dan menerima pendapat anak. ”Mungkin karena mereka terbiasa melihat ayah dan ibunya, mereka bisa menilai sendiri, awalnya ya pilih farmasi, psikolog, hukum, dan kedokteran, tapi setelah difikir panjang anak pertama dan kedua mantab memilih kedokteran, mudah-mudahan diberikan kelancaran selama pendidikan,” jelasnya.
Kebebasan anak dalam menentukan pilihan sendiri sebagai bagian dari upaya mengajarkan anak bertanggungjawab atas pilihannya. ”Karena saya tidak memaksa tapi pada akhirnya mereka memilih kedokteran, saya jadi tidak punya beban bahwa itu paksaan saya, tapi pilihan mereka sendiri,” pungkasnya. (wen/ang)