Desakita.co – Budi daya tanaman sayur tidak harus menggunakan lahan yang luas.
Sejumlah warga Desa Plosokerep, Kecamatan Sumobito berhasil membudiyakan tanaman sawi di pekarangan kosong rumahnya dengan sistem hidroponik.
Selain hasilnya bisa dijual, sebagian hasil panen juga bisa dikonsumsi sendiri.
Ide membudidayakan sawi hidpronik berawal saat pandemi Covid-19 2020 lalu.
Saat kasus Covid-19 memuncak, Desa Plosokerep di-Lockdown untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Saat itu, Pemerintah Desa Plosokerep menginisiasi budi daya sawi hidroponik agar warganya tetap produktif sekaligus semakin sehat di saat lockdown.
Warga pun menyambut program tersebut dengan penuh antusiasme.
”Sejak saat itu, budi daya sawi mulai berkembang dan terus berkembang sampai sekarang,” ujar Ika Lolita Kurniawati, 33, salah satu pembudi daya sawi hidroponik.
Dijelaskan, dari awalnya 100 titik lubang pada modul pipa paralon untuk membudidayakan sawi hidroponik.
Kini sudah ada 800 titik modul. Semua itu tersebar di rumah-rumah warga.
”Caranya mudah. Kita saling berbagi ilmu untuk menanam sekaligus memasarkan sawi hidroponik. Kita juga sudah membentuk kelompok masyarakat agar bisa saling sharing terkait pengembangan budi daya sawi hidroponik ini,’’ tambahnya.
Hasil panen sawi hidroponik tak hanya dijual dalam bentuk sayur segar, warga juga mengolahnya menjadi minuman sehat.
”Ya, kami kemas jus sawi. Satu botol ukuran 250 ml kami jual Rp 5.000,” jelas dia.
Jus sawi bikinan warga Plosokerep tidak pahit ataupun getir. Justru segar dan manis mirip jus alpukat.
”Karena kita pilih sawi segar dan kita tambahkan susu cream, jadi rasanya segar dan manis,” pungkasnya. (ang/naz/ang)
