Lifestyle

Gunakan Dekorasi Sarung, Cara Andikpas Shelter Rumah Hati Jombang Ngabuburit Lewat Pagelaran Musikalisasi Puisi

×

Gunakan Dekorasi Sarung, Cara Andikpas Shelter Rumah Hati Jombang Ngabuburit Lewat Pagelaran Musikalisasi Puisi

Sebarkan artikel ini
SERU: Andikpas dari shelter Rumah Hati Jombang saat menggelar musikalisasi puisi di kantor Jawa Pos Radar Jombang Jl Dr Setiabudi No 23, Jumat (15/3) sore.

Desakita.co – Empat anak didik pemasyarakat (Andikpas) dari shelter Rumah Hati Jombang menggelar musikalisasi puisi di halaman Jawa Pos Radar Jombang, Jumat (16/3).

Kegiatan pagelaran seni itu, selain merupakan ungkapan ekspresi dan emosi ternyata juga bentuk terapi.

Suasana di halaman kantor Jawa Pos Radar Jombang Jl Dr Setiabudi 23 Jombang tampak berbeda Jumat (16/3) sore.

Parkir depan kantor, disulap menjadi sebuah panggung pentas puisi sederhana.

Panggung ini, dibuat dengan alas terpal dan atap paranet. Lengkap dengan tali yang dibuat saling bertaut.

Tali itu kemudian diisi celana, baju, selimut hingga sarung, laiknya setting sebuah rumah atau shelter pada umumnya.

Empat anak mengenakan kaos oblong dengan peci dan sarung lusuh. Sejurus kemudian, mereka masuk ke panggung.

Mereka menenteng beberapa kertas di tangan kiri dan alat musik di tangan kanannya.

Sebuah gendang, dua buah rebana dan sebuah gitar akustik.

Mereka adalah Rafi,18, Gilang, 18, Alpin,18 dan Alif, 15.

Keempatnya kemudian memulai pentas dengan melakukan Atari remo boletan tanpa musik.

Kemudian berganti duduk dan menabuh musik khas seniman jalanan.

Alunannya musik laiknya jaranan lengkap dengan senggak’an khasnya “Hak Hak Hak e…. Hak Hak Hak e….” ungkap mereka bersahutan.

Saat itulah, satu persatu dari mereka maju membacakan puisi.

Dimulai dengan puisi untuk bapak mereka, kekasih mereka hingga ibu mereka.

Lantunan diksi puisi yang dibacakan, juga sangat dekat dengan kehidupan mereka.

Meski air mata tak tumpah, beberapa kali terlihat anak-anak ini terbawa suasna hingga menunjukkan wajah sendu dengan mata berkca-kaca saat membaca 12 puisi itu.

Dalam pentas itu, para anak didik pemasyarakatan itu juga menampilkan nyanyian pujian hingga salawat.

Musikalisasi puisi dengan judul ‘omong-omong panjang di antara kasih itu, ternyata adalah pentas pertama bagi empat andikpas tersebut.

Kendati demikian, penampilan mereka sangat memukau.

“Ini langkah baik buat mereka, ini hasil latihan mereka.

Karena biasanya kalau tampil di publik mereka dicaci, dipukuli, tapi ini diapresiasi,” ungkap Ahmad Zaenuri, sutradara kegiatan ini.

Ia menyebut, anak-anak ini, adalah titipan dari lapas anak di Blitar.

Mereka punya masing-masing background kasus hukum yang menjeratnya.

Namun justru itulah yang dipakai Zaenuri sebagai pintu masuk.

“Pentas ini bersumber dari mereka sendiri, mereka penghobi jaranan, makanya musiknya dibuat dekat dengan itu.

Cuma kami tambahan salawat agar ada nilai ketuhanan,” ungkapnya.

Puisi yang disusun, juga disebut Zaenuri bersumber dari keresahan hati anak-nak.

Beberapa bentuknya juga menceritakan penyesalan mereka kepada ayah, kepad ibu, hingga kepada orang-orang terkasih mereka sendiri.

“Puisi juga dibuat dari pengalaman hidup dalam bentuk heroic versi mereka, ataupun dia tersungkur mereka punya cara bangkit, makanya puisinya indah dan metaforanya bagus,” tambahnya.

Sementara menurut Anton Wahyudi, Dosen Sastra dari Universitas PGRI Jombang menyebut puisi yang dibacakan anak-anak itu merupakn bentuk puisi terapi.

“Ini puisi terapi ya, jadi penekanannya memang pada segitiga interaksinya yang juga menarik,” lontarnya.

Anton juga menyebut, dalam puisi terapi, makna dari puisi yang dibacakan sebenarnya tak terlalu krusial.

Yang lebih penting, adalah bagaimana pembaca puisi mampu meresapi hingga membuat mereka mendapat efek terapi untuk jiwanya.

“Dalam puisi terapi itu bagaimana yang membaca bisa memaksimalkan penghayatan.

Dan itu terlihat sekali. Artinya anak-anak ini bisa penghayatan dalam puisi ini,” pungkasnya. (ang)

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *