Desakita.co – Bertepatan dengan peringatan Hari Kartini, ada sejumlah perempuan di Jombang yang getol memperjuangkan edukasi warga dengan berbagai latar belakang berbeda.
Isti Fatmawati guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Muhammadiyah Jombang yang mengajar siswa berkebutuhan khusus sejak 2002.
Serta Anik Rofiqoh penggerak posyandu jiwa yang puluhan tahun merawat warga gangguan jiwa.
Sejak 2002 lalu, Isti Fatmawati mulai mengajar di SLB Muhammadiyah Jombang. Sebenarnya, menjadi seorang pendidik disabilitas atau anak berkebutuhan khusus belum pernah terpikirkan olehnya.
”Saya dulu pelatih pramuka Muhammadiyah. Kemudian mulai masuk di sekolah ini 2002 dan dapat jam mengajar 2003,’’ kenangnya saat bercerita kepada Jawa Pos Radar Jombang.
Isti adalah seorang pendidik dengan latar belakang pendidikan guru nonpendidikan luar biasa (PLB).
Meski begitu, ia tak pernah menyerah mengajar siswa berkebutuhan khusus. ”Saya lulusan STKIP (Universitas PGRI Jombang).
Namun saya semangat mengajar anak-anak dengan kebutuhan khusus,’’ jelasnya.
Dalam benaknya, selalu ditanamkan bila setiap ada kemauan pasti ada jalan. Begitupun dengan takdirnya mengajar anak-anak berkebutuhan khusus.
Ia berusaha belajar secara otodidak baik lewat buku maupun teman seperjuangan. ”Karena memang kebutuhan berbeda-beda, sehingga kita harus mempelajari karakteristik anak masing-masing,’’ bebernya.
Bertahun-tahun mengabdikan diri mengajar siswa berkebutuhan khusus, secara tidak langsung menjadikan Isti lebih paham dengan karakteristik dan kebutuhan anak.
Hingga sekarang, perempuan asli Desa Watugaluh, Kecamatan Diwek ini tetap konsisten mengajar dan memberikan pelayanan pendidikan kepada anak-anak berkebutuhan khusus.
”Memang awalnya sulit, tapi saya jalani dengan semangat demi anak-anak,’’ tandas dia.
Tahun ini, total ada 203 siswa di SLB Muhamadiyah. Mereka datang dengan berbagai kebutuhan masing-masing.
Mulai tuna rungu, tuna wicara, tuna grahita, tuna netra dan lainnya. Bagi dia, menjadi perempuan masa kini tak sekadar menjadi istri yang berdiam diri di rumah.
Sebagaimana perjuangan Ibu Kartini, perempuan harus pintar di segala hal.
”Harus yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain, memberi sumbangsih dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada,’’ tegasnya.