Desakita.co – Hujan sudah mulai mengguyur wilayah Kabupaten Jombang sejak awal November lalu. Namun empat desa di Kabupaten Jombang masih mengalami krisis air.
Empat desa itu masing-masing Desa Manduro, Kabuh, Desa Banjaragung, Bareng, Desa Jipurapah dan Desa Klitih, Kecamatan Plandaan.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jombang Bambang Dwijo Pranowo, menjelaskan hingga akhir bulan ini krisis air belum seluruhnya teratasi.
Bahkan, ada tambahan dua dusun dari total sebelumnya lima dusun di Jombang yang mengalami krisis air.
“Ya kemarin kita mendapatkan surat pengajuan dropping air bersih di Dusun Gesing dan Dusun Dander, Desa Manduro Kecamatan Kabuh,” ujarnya kepada Jawa Pos Radar Jombang.
Dijelaskan, krisis air di dua dusun tersebut dipengaruhi beberapa faktor.
Pertama, sumber air tanah yang ada di permukiman warga tak lagi mengalirkan air. Kedua, air yang keluar pada musim kemarau justru berasa asin. “Sehingga tidak bisa dikonsumsi,” tambahnya.
Ia menyebut, sudah ada program Pamsimas untuk mengatasi kekeringan di permukiman warga.
Namun, hal itu juga tak berdampak signifikan karena air yang dikeluarkan warga tetap asin. “Ya, airnya berwarna kuning dan rasanya payau,” jelas Bambang.
Dijelaskan, total ada 297 kepala keluarga dengan 1.057 jiwa yang terdampak kekeringan di Dusun Bander. Kemudian, ada 350 KK dengan 1.300 jiwa di Dusun Gesing yang juga terdampak krisis air.
“Secara rutin kami lakukan droping air untuk mengatasi krisis air,” tandasnya.
Dengan demikian, total ada tujuh dusun di Jombang yang terdampak krisis air.
Sebelumnya ada lima dusun yang mengalami krisis sejak Oktober lalu.
Meliputi Dusun Serning, Desa Banjaragung, Kecamatan Bareng, dengan total 42 KK yang terdiri 140 jiwa.
Dusun Rapahombo total ada138 KK yang terdiri 775 jiwa, Dusun Brangkal ada 84 KK yang terdiri 768 jiwa. Kedua dusun itu berada di Desa Jipurapah.
Dusun Tondowesi, Desa Klitih, Kecamatan Plandaan, ada 108 KK yang terdiri 311 jiwa.
”Ya untuk dropping air bersih di lima dusun masih berlanjut,’’ jelas dia. (ang/bin/ang)