Desakita.co – Ditemui di sela-sela waktu kampanye, Yuliati Nugrahani, istri dari Calon Bupati Jombang H Warsubi tampak segar meski waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore.
Tak ada sedikitpun gurat lelah di wajahnya karena senyum selalu terkembang.
Sesekali dia dengan senang hati diminta untuk foto bersama masyarakat yang hadir dalam momentum pasar rakyat Warsa yang kali ini berada di Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang.
”Ibuuu, minta foto Ibu… Cantik sekali Ibu,” celetukan salah seorang peserta pasar rakyat murah ketika Yuli, sapaan akrabnya, menghampiri mereka satu per satu untuk bersalaman.
Tak lupa dari bibirnya terucap kata maaf dan terima kasih yang berulang. ”Ngapunten nggih, matur nuwun,” ucap Yuli dengan senyum terkembang setiap ia bersalaman dengan banyak orang.
Bagi Yuli, menerima keputusan Warsubi untuk mencalonkan diri sebagai bupati bukanlah perkara mudah.
Baca Juga: Kunjungi Pasar Ngoro Jombang, Warsubi-Salman Sapa Pedagang dan Masyarakat
Banyak hal yang menjadi pertimbangannya. Waktu untuk keluarga yang akan berkurang, kehidupan pribadi yang akan mulai diekspose publik dan berbagai hal lain yang akhirnya akan membuyarkan zona nyaman.
”Saya tadinya agak berat. Apalagi, putri saya yang nomor 3 juga merasa agak berat karena pasti waktu Abah untuk keluarga akan berkurang banyak.
Tapi melihat cita-cita Abah demi melihat Jombang ini lebih maju lagi, Jombang ini lebih besar lagi dan masyarakatnya lebih sejahtera lagi, saya dan anak-anak akhirnya legowo dan siap mendampingi Abah,” ujar Yuli sembari membenarkan letak kerudungnya.
Diceritakan Yuli, ketika menerima keberatan dari putri ketiganya, Warsubi tidak lantas memaksakan kehendaknya melainkan menjelaskan dengan baik alasan mengapa dirinya mencalonkan diri menjadi Bupati Jombang.
Sampai akhirnya, Diva menerima keputusan itu dengan ikhlas. Sosok Family Man yang tegas soal didikan agama, wajib salat tepat waktu. ”Jangan pernah melewatkan ibadah dan sholat.
Karena ada jutaan manusia di alam kubur yang ingin dihidupkan kembali hanya untuk beribadah dan bisa sholat kembali,” pesan Warsubi pada anak-anaknya.
Dalam setiap kesempatan hal yang selalu ditegaskan Warsubi pada keluarga kecilnya adalah menegakkan salat tepat waktu dan selalu memegang teguh Iman dalam setiap langkah. ”Kalau sudah soal sholat, Abah itu sangat tegas.
Anak-anak kalau nanti-nanti sholatnya sudah pasti kena marah,” kenang Yuli dengan senyum sembari mengingat kembali kenangan masa kecil anak-anaknya.
Octadella Bilytha Permatasari, putri pertama Warsubi dan Yuli pun mengiyakan.
Baca Juga: Mengejutkan! Survei LSI: Elektabilitas Warsubi-Salman di Pilbup Jombang 2024 Capai 53,9 Persen
Saat masih kecil, dia dan adik-adiknya bisa menghabiskan waktu nonton TV dalam waktu lama sampai terkadang lupa belum menunaikan shalat.
”Pernah ya kita lagi asyik nonton TV, belum shalat. Waktu dengar deru mobil Abah, langsung lari bergegas wudu. Karena pasti akan dimarahi kalau telat shalatnya,” kenang Della dengan senyum terkembang.
Waktu kampanye, lanjut Yuli, hal yang sama juga terjadi. Jika salat sebisa mungkin Warsubi harus mengenakan sarung, pakaian yang bersih. Karena itu kadang meski jaraknya jauh, jika memungkinkan Warsubi memilih pulang untuk salat, baru kemudian melanjutkan agenda kampanye.
Anak-anak hebat lahir dari didikan orang tua hebat
Warsubi termasuk ayah yang lebih suka menghabiskan waktu dengan keluarga dibanding harus meninggalkan rumah. Karena itu, dia juga sangat dekat dengan keempat putrinya.
”Abah lebih suka ajak teman-temannya main ke rumah daripada harus keluar nongkrong. Yang lucu, teman-teman Abah yang dulu suka nongkrong di rumah sama kami, sekarang jadi partner kerja saya di politik,” ujar Della sambil tertawa.
Sebagai sosok ayah yang selalu santai, keempat putrinya terbiasa bercerita apa pun pada Warsubi.
Dari soal sekolah, pertemanan, hobi hingga soal pekerjaan. Justru ketika bicara soal pendidikan, Warsubi tak terlalu meminta anaknya untuk meraih peringkat satu atau harus berprestasi tingkat dewa. Ia hanya meminta anaknya bisa lulus dengan baik.
”Lah wong Abah itu kalau pesan cuma, sing penting lulus nduk,” kelakar Yuli. Namun, ia dan Warsubi bersyukur, justru karena kepercayaan yang mereka berikan pada anak-anak dalam mencapai prestasi dan menempuh pendidikan, keempat putri mereka bisa berdiri seperti hari ini.
Sebut saja putri pertama mereka, Octadella Bilytha Permatasari, saat ini merupakan Ketua DPC Gerindra Kabupaten Jombang sekaligus menjadi Wakil Ketua DPRD Kabupaten Jombang.
Perempuan yang akrab disapa Della ini berhasil menempuh pendidikan tingginya di Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Belum selesai di situ, ia melanjutkan pendidikannya dengan mengambil gelar MBA-nya di Deakin University Australia.
”Anak-anak itu sering lihat Abahnya nonton berita-berita politik di televisi. Kalau waktu kecil ditanya maunya jadi guru ngaji. Pas udah besar rupanya jadi politisi. Ya, alhamdulillah.
Tapi saya dan Abahnya selalu bilang untuk selalu amanah dalam mengemban tanggung jawab yang diberikan rakyat,” kata Yuli.
Jika bicara soal si jenius, maka Dinar, putri bungsu Warsubi dan Yuli ini bisa disebut pertama kali.
Baca Juga: Komitmen Tekan Angka AIDS, TBC dan Malaria, Pemkab Jombang Raih Penghargaan Tingkat Nasional
Kemampuannya menganalisa di atas rata-rata. Bahkan ketika Abahnya memutuskan untuk maju menjadi calon Bupati Jombang, Dinar cukup banyak memberikan masukan. Berdiskusi dengan Dinar yang seorang gen Z membuka pikiran Abah yang lahir di generasi boomers.
Setelah Dinar, ada Novadhona Bilytha Puspitasari, putri kedua mereka yang saat ini juga duduk sebagai anggota dewan perwakilan rakyat Daerah Jombang mengikuti jejak sang kakak.
Namun, agak sedikit berbeda dengan Della dan Dhona yang nyemplung di dunia politik, Diva tak terlalu suka politik. Jadi dia, anak ketiga yang dimaksud Sang Ibu paling berat ketika Abahnya mencalonkan diri menjadi bupati.
”Sekarang Diva masih kuliah di London, tapi memang sudah mau selesai. Abah kalau dengan anak-anak itu dekat sekali. Selalu ada waktu untuk quality time bersama anak-anak. Diva mikirnya kalau Abah sudah siap mengabdi untuk rakyat pasti ya waktunya sebagian besar untuk rakyat,” cerita Yuli.
Diva itu, kata Yuli, dari sejak sekolah sudah sering mengikuti program akselerasi. Jadi lulusnya lebih cepat. Pribadinya selalu penuh pertimbangan. Mandiri dan cenderung tegas dalam mengambil keputusan.
Pesan “pokoke lulus” dari Warsubi pada keempat putrinya rupanya berbuah jauh lebih manis. Dua putrinya bahkan menempuh pendidikan hingga ke luar negeri.
Seorang penulis buku Amerika pernah berkata, di belakang setiap anak muda yang percaya kepada dirinya sendiri ada orang tua yang percaya kepadanya terlebih dahulu. Warsubi mungkin tidak menyadarinya tapi kepercayaan yang ia dan istrinya berikan pada keempat putri mereka telah menjadikan keempatnya memiliki tanggung jawab.
Dan nilai dari sebuah kehebatan adalah memenuhi tanggung jawab itu sendiri.
”Pesan saya buat Abah, saat jadi pengusaha biasa, lalu mengabdi pada masyarakat dengan menjadi kepala desa, nama Abah selalu baik.
Menyelesaikan tanggung jawabnya dengan amanah. Dan nanti jika Allah meridhoi langkah Abah menjadi kepala daerah, semoga Abah tetap menjadi Abah yang baik. Abah yang selalu menjadi role model kami dalam bersikap dan Abah yang dicintai masyarakat,” pesan Della. (jif/naz)