Desakita.co – Musim panen tembakau di Jombang berakhir. Petani kini lebih banyak sibuk memproses tembakau panen terakhir untuk dijual. Harganya juga ikut anjlok. Untuk harga tembakau rajang kini Rp 25.000 per kilogram.
Iswanto salah seorang petani di Desa Sukodadi, Kecamatan Kabuh mengatakan, panen tembakau di sawah sudah hampir habis. ”Sekarang tinggal jemurnya saja,” katanya, Jumat (23/11).
Sembari menjemur tembakau jinten, menurut Iswanto, wilayah setempat sebagian hasil panen terakhir tembakau dijual rajangan. ”Daun sogleng kualitasnya beda dengan panenan awal, makanya dijual rajangan,” imbuh dia.
Diakui, saat ini harganya juga sudah berangsur turun. Berbeda ketika awal hingga pertengahan panen. ”Bulan sembilan dan 10 harga rajangan bisa Rp 50.000 per kilogram, sekarang turun antara Rp 20.000 sampai Rp 25.000 per kilogram,” ujar Iswanto.
Selain panen berakhir, menurut dia, karena kualitas tembakau juga turun. Tidak seperti hasil panen awal. ”Sudah biasa harga turun begini, istilahnya di gudang mungkin sudah penuh. Lalu kualitasnya juga beda,” ujar dia.
Miliknya, saat ini tinggal dijual. Meski begitu, karena sudah memasuki musim hujan, harus dirawat ekstra agar kualitas tak semakin turun. ”Seperti penjemuran ini biasanya dua hari, sekarang tiga sampai empat hari baru benar-benar kering,” kata Iswanto.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jombang Lasiman mengakui, saat ini panen raya tembakau sudah berakhir. ”Sudah selesai semua,” katanya.
Baca Juga: Harga Jual Tinggi, Petani Tembakau di Desa Kabuh Jombang Ini Jutru Elus Dada, Ini Penyebabnya
Berakhirnya panen raya diikuti dengan harga yang turun. Baik daun basah maupun kering. Itu terjadi hampir setiap tahun. ”Untuk basah rata-rata Rp 2.500 per kilogram, sedangkan janturan kering antara Rp 35.000 sampai Rp 38.000 per kilogram,” tutur dia.
Meski demikian, menurut dia tergantung kualitas tembakau. Karena petikan akhir, sehingga harganya juga cenderung turun. ”Karena yang akhir itu biasanya daun siwil atau semaian daun setelah panen, jadi masih bisa dipanen tapi kualitasnya beda dengan awal panen,” ujar Lasiman. (fid/naz)
Respon (1)