Pendidikan

Sosok Masrukhin Kepala MAN 7 Jombang: Aktivis yang Takzim pada Guru

×

Sosok Masrukhin Kepala MAN 7 Jombang: Aktivis yang Takzim pada Guru

Sebarkan artikel ini
Masrukhin Kepala MAN 7 Jombang

Desakita.co – Masrukhin MPdI merupakan kepala MAN 7 Jombang yang tidak hanya cakap dalam manajerial madrasah, tapi juga punya ketertarikan besar pada organisasi. Masa mudanya, Masrukhin menjadi aktivis yang kritis, namun tetap menjaga ketakziman pada guru.

’’Prinsip saya, sekeras apapun perbedaan pendapat, saya dengan dosen atau guru, beliau tetap yang orang yang saya hormati,’’ katanya.

Masrukhin lahir di Jombang, 13 Maret 1979. Tepatnya di desa Kedungmlati Kecamatan Kesamben. Pendidikannya dimulai di SDN Kedungmlati, kemudian melanjutkan ke SMPN 1 Sumobito. Ia sempat belajar di SMAN 2 Jombang, sayangnya tidak sampai selesai karena ia tertarik belajar agama.

Masrukhin kemudian melanjutkan pendidikan di MA Maarif Kauman Utara sembari mondok di Pesantren Darul Muttaqin Sambongdukuh Jombang.

Tinggal di pondok yang menggunakan Bahasa Arab sebagai bahasa sehari-hari, membuat Masrukhin harus belajar lebih keras. Setiap hari membawa buku saku yang memuat kosa kata Bahasa Arab. Serta mengamati dan menghafal Bahasa Arab yang tertempel di semua titik yang ada di pondok.

’’Karena saya seneng, saya cepat belajar, tiga bulan sudah paham Bahasa Arab meski dasarnya saja,’’ jelasnya.

Baca Juga: Intip Profil Sunarsih Atlet Softball Nasional yang Kini Jadi Guru di SMPN Sumobito Jombang

Guna melancarkan tangan dalam menulis Arab, ia berlatih terus menerus, dengan cara menulis surat Alfatihah dalam satu buku penuh. ’’Lambat laun, semuanya menjadi mudah. Tahu mana kata yang disambung mana yang tidak, sudah tidak kaku lagi menulis Arab,’’ tambahnya.  Di Aliyah, Masrukhin juga aktif di OSIS.

Lulus aliyah, Masrukhin kemudian melanjutkan pendidikan di Undar pada Fakultas Agama Islam, Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam. Di sini ketertarikannya pada organisasi semakin besar.

’’Dulu waktu masih kecil sebelum kuliah pegang jamaah Diba’ di surau, itu kan bagian dari organisasi meski tidak secara formal,’’ tambahnya.

Semester satu awal ia kuliah, Masrukhin membentuk rayon PMII FAI pertama di Undar. Masrukhin juga yang menjadi ketua. Semester 3 sampai semester 5, ia jadi ketua Komisariat PMII Undar. Semester 5 hingga hampir Lulus, ia menjadi ketua Senat Mahasiswa Undar.

Masrukhin dikenal sebagai mahasiswa yang kritis. Selalu jadi barisan terdepan ketika ada demo. Bahkan ia menjadi satu dari sembilan mahasiswa yang rutin bertemu dengan Gus Dur  dua hingga tiga  kali sebulan. ’’Diskusi langsung bersama Gus Dur, mencium tangan Gus Dur,’’ ungkapnya.

Kala itu, barang yang selalu ada di dalam tas Masrukhin adalah buku. Ia selalu beli buku baru ketika memiliki uang lebih. Karena rajin baca buku, Masrukhin juga aktif terlibat dalam beberapa forum diskusi. Apalagi setelah di Komisariat PMII Undar, dimana mahasiswanya lintas fakultas, sehingga banyak materi yang didiskusikan.

’’Saya tidak terlalu pintar, tapi karena saya rajin baca buku, jadi diskusi dengan dosen manapun saya bisa,’’ terangnya.

Ia juga aktif menjadi wakil ketua IPNU Kabupaten Jombang 2002-2004 dan menjadi ketua IPNU Jombang 2004-2006.

Baca Juga: Profil Soeharto Ketua PMI Kabupaten Jombang: Perintis Berdirinya PMI Jombang, Aktif Sejak 1980

Meski sering jadi korlap demo, Masrukhin punya prinsip untuk selalu hormat pada guru atau dosen. Menurutnya, meski guru tidak suka dengan jalan pikiran Masrukhin, namun rida guru kepada mahasiswa sudah cukup baginya.

’’Sekeras apapun perbedaan pendapat saya dengan guru, saya selalu izin sungkem dengan guru. Saya yakin, dosen atau guru yang lebih dewasa pasti memahami pikiran kita sebagai anak muda,’’ ungkapnya.

Lulus 2004, Masrukhin kemudian mendaftar CPNS. Ia lolos dan ditempatkan di MAN 7 Jombang sejak 2005 sampai 2022. Ia mengajar banyak mata pelajaran. Seperti Quran Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih. ’’SK saya PAI, tapi sertifikasi saya di Aqidah Akhlak,’’ ungkapnya.

Setelah menjadi guru, ia juga tetap aktif di organisasi. Menjadi pengurus cabang Ansor Kabupaten Jombang dua periode. Pengurus ISNU (Ikatan Sarjana NU). Sekretaris MWC NU Kecamatan Kesamben. Ketua LP Maarif Kabupaten Jombang. Pembina LP Maarif. Pembina Rabithah Maahid Islamiyah. Pembina LPTNU (Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama). Dan sekarang salah satu wakil ketua tanfidziah PCNU Kabupaten Jombang 2024-2029.

’’Saya juga pernah menjadi Banser dan pernah jadi pasukan inti menjaga muktamar NU di Pondok Lirboyo Kediri,’’ bebernya.

Bijak Memimpin, Utamakan Apresiasi dan Motivasi

Setelah 17 tahun menjadi guru di MAN 7 Jombang, Masrukhin kemudian mendapatkan tugas tambahan menjadi kepala madrasah. Dalam kepemimpinannya, Masrukhin memegang prinsip, jika apresiasi dan motivasi lebih penting daripada memberikan punishment (hukuman).

’’Dimana saya berpijak, disitu saya harus memberi suatu yang lebih,’’ kata ayah tiga anak ini.

Pada 2007, dua tahun setelah menjadi PNS, ia menjadi wakil kepala sekolah sampai 2022. ’’Dulu sebelum lulus, saya juga sudah mengajar di MTs YPM 5 Gedangan Sumobito, sampai jadi kepala madrasah di sana,’’ jelasnya.

Tugas pertamanya sebagai kepala madrasah di MAN 6 Jombang, mulai tahun 2022. Dua tahun kemudian ia dipindah ke MAN 7 Jombang, kembali ke madrasah lama tempatnya pertama kali bekerja sebagai PNS.

Dalam bekerja, Masrukhin punya komitmen untuk melakukan perubahan dengan menggunakan seluruh potensi yang ada. Perubahan tidak hanya dilakukan secara fisik, tapi juga jumlah siswa, prestasi, motivasi belajar siswa dan guru juga harus semakin baik.

Baca Juga: Profil Lengkap Pj Bupati Jombang Teguh Narutomo: Awali Karir Jadi Dosen Hingga Inspektur Khusus Kemendagri

“Harus dilakukan pendekatan yang pas. Sekolah kan ada dua sumbernya yang harus digerakkan. Ada yang hidup seperti siswa dan guru. Ada sumber yang berbentuk barang,’’ katanya.

Masrukhin memiliki keyakinan, setiap orang ingin  menjadi lebih baik. Sehingga ia yang menggerakkan itu, dengan memberikan apresiasi dan motivasi. Mengajak atau melibatkan guru dan siswa secara langsung dalam perubahan.

’’Bukan melalui hukuman. Kita harus berhitung orang yang diberikan sanksi akan jadi lebih baik atau tidak, lebih baik mana dengan diberi motivasi,’’ ungkapnya.

Ia selalu berbicara berdasarkan data bukan dari laporan lisan. Juga rutin melakukan  evaluasi setiap bulan. Melalui evaluasi tersebut, Masrukhin memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan sesuatu yang lebih baik.

’’Guru terbaik bukan yang menjadikan anak berprestasi, tapi yang menjadikan muridnya punya motivasi tinggi lebih maju. Urusan prestasi itu bonus, untuk itu kami berikan apresiasi,’’ jelasnya.

Berkat kepiawaiannya dalam memimpin, Masrukhin pernah meraih juara 1 kepala madrasah aliyah terbaik se-Kabupaten Jombang 2022, ketika masih di MAN 6 Jombang.

Di keluarga, Masrukhin juga memberikan kesempatan kepada anggota keluarganya untuk mencoba hal baru. Termasuk kepada ketiga anaknya, Akhmadinejad Al Ahsani, Akhmad Reghda Al Huja dan Tanaya Qirani Almas Nisha.

Utamanya pada si sulung yang kini menjadi mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Ia tak menghalangi anaknya untuk mencoba berkecimpung di organisasi sama seperti dirinya dulu.

’’Kebetulan anaknya memang suka organisasi. Di Madrasatul Quran Tebuireng dulu, ia sempat membuat satu buku dengan temannya. Tapi ibunya yang selalu melarang kalau demo ada di depan, khawatir katanya,’’ urai suami Nurul Rahmawati yang merupakan kepala SDN Blimbing 2 Kecamatan Kesamben tersebut. (wen/jif)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *