Desakita.co – Pembuatan kerajinan gentong klasik ala Mojopahitan tetap eksis hingga kini.
Salah satunya, digeluti Tiyamun, 75, warga Dusun Sanan Timur, Desa Mojotrisno, Kecamatan Mojoagung.
Tiyamun sudah membuat gentong berbahan tanah lempung sejak 1978 silam produknya tembus hingga luar negeri.
Di rumahnya, Tiyamun setiap harinya sibuk bergulat mengolah tanah lempung.
Tanah yang diambil dari gumuk alias rumah rayap itu banyak ditemukan di areal persawahan yang tak jauh dari rumahnya.
Ia mendapatkan secara gratis, namun atas seizin pemilik sawah.
Baca Juga: Keren! 5 Desa di Jombang Ini Miliki Potensi Kerajinan, Pemasarannya Ada yang Tembus Mancanegara
”Gumuk ini banyak kita temukan usai panen atau menjelang musim tanam biasanya,” ujar dia sembari mengaduk tanah di rumahnya.
Meski usianya sudah uzur, semangat Tiyamun mengolah tanah bak tenaga anak muda.
Dengan cekatan dan teliti, tanah liat yang berwarna sedikit abu-abu itu disulap menjadi gentong.
Seluruh prosesnya dilakukan secara tradisional. ”Ya, prosesnya tradisional,” papar dia.
Awalnya, Tiyamun menyiapkan tanah yang didapat dari sawah dan menata pada sebuah perbot atau biasa disebut meja putar sebagai landasan membuat gentong.
Lantas, secara perlahan perbot itu diputar sembari ditumpuk tanah liat lainnya.
Selama memutar piringan, jari-jemarinya dengan terampil membentuk tanah sesuai pola gentong yang ingin dibuat.
Proses itu terus berlanjut sampai terbentuk gentong. ”Awalnya 50 cm, kemudian ditambah tanah sampai 1 meter dan ukuran sesuai pesanan,” terangnya.
Proses pembuatan kerajinan tak berhenti di situ.
Baca Juga: Warganya Kreatif Produksi Aneka Alat Pertanian, Desa Ketapangkuning Jombang Dikenal Kampung Pandai Besi
Setelah berbentuk gentong, kemudian gentong ala majapahitan itu diukir ala gerabah zaman Kerajaan Majapahit.
Karena dilakukan seorang diri, satu kerajinan membutuhkan waktu berhari-hari untuk bisa rampung. Terlebih jika ukuran besar besar.
”Itu belum proses pembakaran. Kalau dibakar biasanya butuh waktu 3-4 jam dengan ukuran api besar,” tandasnya.
Tiyamun mengaku mendapatkan keahlian membuat gentong dengan belajar secara otodidak. Ia melihat potensi permintaan pasar yang cukup tinggi kala itu.
”Saya belajar otodidak, dengan awalnya melihat gentong khas Majapahit,” pungkasnya. (ang/naz/ang)
Respon (1)