Uncategorized

Petani Semangka di Desa Watudakon Kesamben Jombang Semringah, Penyebabnya Karena Ini

×

Petani Semangka di Desa Watudakon Kesamben Jombang Semringah, Penyebabnya Karena Ini

Sebarkan artikel ini
DIPANEN: Salah seorang petani di Desa Watudakon, Kecamatan Kesamben, Jombang memanen semangka. (Ainul Hafidz/Radar Jombang)

DesaKita.co – Sejumlah petani buah semangka di Desa Watudakon, Kecamatan Kesamben, Jombang semringah.

Selain hasil panen semangka melimpah, harga jualnya juga tinggi.

”Rata-rata sekarang banon 100 (sawah seluas 1.400 meter per segi) dibeli Rp 9 juta, sebelum hujan kemarin di atas Rp 10 juta,” ungkap Jumain.

Menurut Jumain, dibandingkan dengan tahun sebelumnya, harga jual buah semangka musim ini baik. Harganya juga menyesuaikan kondisi buah.

Baca Juga: Diguyur Hujan Berhari-Hari, Petani Semangka di Desa Ngogri Jombang Sedih Tak Bisa Panen

”Dijual ke penebas,” singkatnya. Saat ini, rata-rata tanaman buah semangka di wilayahnya sudah selesai dipanen. ”Sudah mau habis, paling minggu depan sudah selesai,” kata Jumain.

Sementara itu, Kades Watudakon Suharto mengakui, musim kemarau sekarang ini banyak petani yang menanam semangka.

Dari luasan lahan sekitar 180 hektare di wilayahnya, sekitar 50 hekater ditanami semangka.

”Sekarang tinggal sekitar 2 hektare yang belum panen,” kata Suharto.

Diakui, mayoritas petani tak kebingungan menjual hasil panen. Karena sudah ada tengkulak yang membeli. Rata-rata dijual secara tebasan.

”Sebenarnya sekarang masih lumayan, awal panen tinggi-tingginya harga sampai Rp 13 juta per banon 100, sekarang turun jadi Rp 9 juta,” ujar dia.

Selain akhir panen raya, lanjut Suharto, juga karena kualitas buah yang menurun.

Baca Juga: Profil Lengkap Shollahuddin Camat Megaluh Jombang: Dongkrak Sektor Pertanian

”Hujan tiga hari kemarin juga pengaruh ke buah, karena lembab sehingga cepat busuk,” tutur Suharto.

Dikatakan, petani wilayah setempat tiap tahun banyak yang menanam semangka. Salah satunya karena persoalan pengairan irigasi sawah.

”Di sini mengandalkan Mrican Kanan, sedangkan Watudakon ini daerah hilir. Sehingga, setahun padi hanya sekali,” imbuh dia. (fid/naz)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *