Potensi

Jadi Ikon Desa, Pemdes Cupak Ngusikan Jombang Lestarikan Budaya Leluhur Situs Gunung Pucangan

×

Jadi Ikon Desa, Pemdes Cupak Ngusikan Jombang Lestarikan Budaya Leluhur Situs Gunung Pucangan

Sebarkan artikel ini
IKON DESA WISATA: Kepala Desa Cupak Winarsono (baju hitam) mendampingi Pj Bupati Jombang dan segenap jajaran saat acara kirab pusaka dan budaya Desa Cupak.

Desakita.co – Desa (Pemdes) Cupak, Kecamatan Ngusikan memiliki sejumlah potensi unggulan.

Di antaranya wisata sejarah Situs Gunung Pucangan, kerajinan anyaman tikar dari pandan, serta komoditas pertanian.

Pemerintah Desa Cupak berkomitmen terus memajukan pembangunan di desa serta melestarikan budaya leluhur.

”Situs Gunung Pucangan sudah menjadi ikon Desa Pucangan.

Masyarakat desa kami hingga sekarang masih menjujung tinggi adat istiadat yang telah ada secara turun-termurun,” ujar Kepala Desa Cupak Winarsono.

Warsono menambahkan, secara geografis, Desa Cupak terletak di wilayah Jombang utara berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Lamongan.

Sebagian besar wilayah desa merupakan kawasan hutan dan pegunungan.

Meski begitu, nama Desa Cupak banyak dikenal masyarakat secara luas karena ada situs Gunung Pucangan yang merupakan peninggalan Raja Airlangga.

”Pada malam tertentu para pengunjung juga mendatangi makam Dewi Kilisuci, anak perempuan semata wayang Raja Airlangga. Paling ramai pada malam Kamis Kliwon dan Jumat Legi,” imbuhnya.

Pemdes Cupak berperan aktif melestarikan budaya leluhur. Misalnya dengan rutin menggelar kirab pusaka dan budaya desa yang diarak keliling desa dari kantor Desa Cupak menuju Pendopo Situs Gunung Pucangan.

”Tujuannya menumbuhkan dan menguatkan jati diri budaya yang ada di Desa Cupak, serta sebagai wujud promosi wisata budaya lokal serta menjadi ikon wisata desa yang ada di Kabupaten Jombang,” imbuhnya.

Rangkaian kegiatan kirab pusaka dan budaya desa diawali dengan nuansa adat Jawa, yakni pecah kendil, tuang air dari tujuh sumber mata air, arak-arakan tumpeng hasil bumi mengelilingi desa, pencucian pusaka, dan diakhiri dengan purak gunungan.

”Meskipun berebut, alhamdulillah selama ini para pengunjung dapat menjaga kondusifitas dan marwah acara tanpa ada insiden yang tidak diinginkan terjadi,” pungkas Winarsono. (dwi/naz/ang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *