Desakita.co – KECAMATAN Wonosalam kaya akan potensi alamnya. Selain durian, Wonosalam juga punya komoditas unggulan lainnya, salah satunya alpukat gobang. Alpukat gobang hasil budi daya Sunoto 51, warga Dusun Notorejo, Desa/Kecamatan Wonosalam kini resmi terdaftar dalam Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) Kementerian Pertanian.
Pohon alpukat gobang di kebun Sunoto punya ketinggian sekitar 15 meter. Alpukat gobang tumbuh subur dengan perawatan sederhana. Alpukat yang berusia sekitar 25 tahun itu berbuah lebat sejak akhir Agustus lalu. ”Alpukat ini sudah terdaftar PVT di Kementan,” ujar dia ditemui Jawa Pos Radar Jombang, (1/10).
Ia mengatakan, perawatan alpukat cukup sederhana, tak butuh perawatan khusus. Cukup rutin memberi pupuk sembari menyemprot insektisida jika diperlukan. ”Perawatannya yang jelas untuk antisipasi hama, kita semprot insektisida tiga bulan sekali kalau ada serangan. Kalau tidak ada serangan, ya tidak kita semprot. Selain itu, pemupukan juga rutin dua tahun sekali, pakai pupuk kandang dan NPK,” jelas Sunoto.
Dengan perawatan tersebut, hasil panennya cukup menggiurkan. Dalam sekali panen, tanaman alpukat gobang bisa menghasilkan rata-rata 5 kuintal, dengan harga jual di pasaran mencapai Rp 35 ribu per kilogram.
Keunggulan gobang, menurut Sunoto, ada pada kualitas daging buahnya. ”Keunggulan gobang itu ya dagingnya tebal, daging kuning. Kalau ada cacat di kulit, penyakitnya hanya nempel di kulit, bukan di daging. Jadi tetap aman dikonsumsi,” ujarnya.
Nama “gobang” sendiri memiliki cerita menarik. Awalnya varietas ini hanya disebut WS 02, sebelum kemudian resmi diberi nama gobang oleh Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur pada 2021.”Jadi, saat pendaftaran ada banyak varietas lokal Wonosalam. Dan setelah penilaian, alpukat ini yang lolos,” tutur Sunoto sambil tersenyum.
Seiring berjalannya waktu, jumlah pohon alpukat gobang di Wonosalam sudah mencapai sekitar 100 pohon dan terus berkembang setiap tahun. Bahkan, sebelum resmi mendapat sertifikasi, banyak petani sudah mencoba memperbanyak bibit dengan berbagai cara. ”Ada yang pakai bibit hingga okulasi,” pungkasnya.
Miliki Cita Rasa Gurih dan Lembut
VERIETAS alpukat gobang dikenal memiliki rasa gurih dan lembut. Dengan keunikan rasa itu, petani Wonosalam sepakat untuk mendaftarkan varietas tersebut ke Kementerian Pertanian.
Adib Taufani, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Wonosalam menjelaskan, proses pendaftaran varietas lokal tidak sederhana. Sebelum dilepas secara resmi sebagai varietas, tanaman harus melalui tahapan PVT terlebih dahulu. Tujuannya untuk memastikan tidak ada kesamaan dengan varietas dari daerah lain. ”Uji kebenaran itu mulai dari bentuk buah, daun, bunga, karakter pohon, sampai warna dan ketebalan daging buah. Jadi benar-benar dipastikan unik,” terang Adib.
Dari ratusan jenis alpukat lokal Wonosalam yang pernah diseleksi, gobang dipilih sebagai yang paling potensial. Awalnya, jenis ini dikenal dengan sebutan WS (Wonosalam) 1 dan 2, sebelum akhirnya disepakati bersama untuk berganti nama menjadi gobang. ”Gobang itu singkatan dari Lego Jombang. Artinya besar tapi tetap identitas Jombang. Nama ini lahir dari kesepakatan bersama,” imbuh Adib.
Dari segi rasa, gobang memiliki cita rasa yang gurih, lembut. Meski demikian, secara branding, gobang masih perlu dipromosikan lebih luas agar bisa sejajar dengan varietas alpukat populer lainnya seperti miki, aligator, kendil, hawaii, markus, hingga hass yang sudah dikenal luas di pasaran.
Saat ini, populasi alpukat berdasarkan varietas terbesar hingga terkecil masih didominasi oleh miki/cimpedak, aligator, kendil-hawaii-markus, hass, rv, kelud, hingga SAB 032. Namun, keberadaan gobang yang telah lolos PVT memberi harapan baru bagi petani Wonosalam untuk menambah daftar varietas alpukat unggulan asli daerah. ”Kalau nanti sudah semakin dikenal, gobang bisa menjadi pintu untuk promosi alpukat lokal Wonosalam. Harapannya tentu bisa menjadi ikon baru setelah durian,” kata Adib optimistis. (ang/naz)





