DesaKita.co – Masjid Baitussalam di Dusun Peyek, Desa Tanjungwadung, Kecamatan Kabuh, Jombang dulunya merupakan masjid panggung. Mayoritas berbahan kayu. Dilakukan rehab total pada 1975.
Masjid berada di pinggir jalan kabupaten ini bangunannya mayoritas sudah dari cor. Memiliki halaman parkir yang luas dan sudah terpasang paving yang mengelilingi masjid.
Bagian atapnya khas masjid Jawa pada umumnya. Memiliki tumpang atau tingkat tiga. Bermakna tiga ajaran yakni iman, Islam dan ihsan.
Sementara dari depan terlihat atap serambi masjid juga memiliki tiga bagian yang bentuknya sama, namun berjajar.
Bagian serambi lantainya sudah keramik. Memiliki corak hijau-kuning dan putih. Tepat di atas pintu menuju masjid terdapat kaligrafi bertuliskan nama masjid.
Bagian dalamnya juga begitu megah. Terdapat empat pilar dari beton. Dinding dan lantainya sudah keramik. Tepat di atas mihrab terdapat kaligrafi salah satu ayat Alfatihah dengan cat hijau.
’’Masjid yang ini bangunnya 1975,’’ kata Mukhsin salah satu pengurus usai menunaikan salat Duhur.
Dia selama ini menjadi imam. Utamanya imam salat jamaah Duhur. Menurut Mukhsin, masjid yang sekarang ini berdiri merupakan hasil perombakan 1975.
’’Sebelum bangunan ini, dulu masjidnya dari kayu, warga di sini menyebut blabakan. Buat salat warga dusun sini sama tetangga dusun,’’ kata Mukhsin.
Dia masih ingat betul, bangunan masjid lama berdiri berada di utara masjid yang saat ini. Ukurannya masih kecil. Karena masjid panggung, setiap warga yang hendak masuk harus menaiki tangga dari kayu.
’’Awalnya masjid ada di sebelah utara, lalu dibongkar total. Dibangun di sini mulai 1975,’’ kata lelaki berusia 69 tahun itu.
Mukhsin tak mengetahui persis, tahun berdirinya masjid dari kayu itu. Sewaktu masih remaja, kondisi bangunan masih seadanya. ’’Awal mulai bongkar dulu ada perluasan, jadi 1975 itu baru bangun pondasinya saja,’’ tuturnya.
Pembangunan kala itu tak dilakukan dalam setahun langsung rampung. Butuh hampir lima tahun masjid benar-benar jadi dan seluruh ruangan bisa difungsikan. ’’Dulu pokoknya ada dana dilanjutkan, karena dananya swadaya dari masyarakat,’’ ujarnya.
Karena sudah dibongkar, masjid lama dari kayu kini sudah tak tersisa. Lokasinya sekarang menjadi area parkir. ’’Kayunya sudah dipakai untuk kebutuhan masjid ini, ada juga yang dibakar. Jadi sudah habis nggak ada sisanya lagi,’’ tuturnya.
Adanya perluasan masjid karena kala itu jamaahnya tidak hanya warga dusun setempat. Dari tetangga dusun juga menunaikan ibadah di masjid yang sekarang ini. ’’Sekarang setiap dusun sudah memiliki masjid sendiri,’’ ucapnya. (fid/jif)