DesaKita.co – Rokhim Azzam, 38, seorang pria di Desa Plosogeneng, Kecamatan Jombang kreatif memanfaatkan halaman rumahnya.
Ia berhasil menyulap lahan kosong di halaman rumahnya jadi ladang pakcoi yang menghasilkan cuan.
Budi daya pakcoi dan selada sudah dirintis beberapa tahun terakhir. Semua berawal dari iseng saat tak ada pekerjaan.
”Dulu awalnya cuma mau coba-coba. Enggak nyangka malah jadi usaha yang jalan terus,” ujarnya sambil tersenyum saat ditemui di kebun hidroponiknya.
Azzam mulai dengan modal seadanya dan belajar dari berbagai sumber daring tentang cara menanam tanpa tanah.
Ia mencoba berbagai jenis sayur sebelum akhirnya menjatuhkan pilihan pada pakcoi dan selada.
”Alasannya sederhana, keduanya cepat tumbuh dan punya pasar yang stabil,” lanjutnya.
Untuk menjaga kualitas, ia menggunakan sistem perawatan terukur. Nutrisi dalam tandon harus dijaga agar seimbang, aliran air tak boleh tersumbat, dan pompa harus terus menyala.
Ia bahkan menambahkan ikan di bak penampungan sebagai pengurai alami sisa daun, menciptakan sistem daur ulang kecil yang efisien.
”Ikan makan daun-daun sisa, jadi enggak ada limbah terbuang,” jelasnya.
Namun, sistem terbuka tanpa atap UV yang ia pakai punya risiko tinggi. Ancaman hujan deras atau listrik padam bisa menggagalkan panen jika tak ditangani cepat.
”Makanya harus disiplin. Begitu pompa mati, langsung cabut sambungan pipa biar air enggak tergenang,” ujarnya.
Bagi Azzam, tantangan justru bagian dari proses belajar. Dari eksperimen kecil di halaman rumah, kini ia punya pasar tetap dan nama yang dikenal di kalangan pemasok sayur modern.
Baca Juga: Kelapa Genjah Bali Kuning, Andalan Pemkab Banyumas Percepat Hilirisasi Komoditas Perkebunan
Ia mengaku, yang membuat produk hidroponiknya diminati adalah konsistensi kualitas.
Tanaman tumbuh merata, daun hijau segar tanpa tanah, dan panen bisa dilakukan sepanjang tahun.
”Konsumen sekarang lebih peduli tampilan dan kebersihan. Itu keunggulan kita,” katanya.
Saat ini, setiap bulan Azzam bisa memanen hingga satu ton pakcoi. Sayuran segar hasil kebunnya kini masuk ke rak swalayan besar di Jombang, bahkan juga ke swalayan di luar kota.
”Dulu susah cari pasar, sekarang malah mereka yang datang,” ucapnya.
Harga jual pakcoinya berkisar Rp 15.000 per kilogram, sementara selada bisa mencapai Rp 20.000–Rp 25.000 per kilogram.
Dari hasil panen itu, Azzam bisa meraup keuntungan bersih Rp 7–8 juta setiap bulan. (riz/naz)