Lifestyle

Profil Sugeng Hariyanto Kepala SMPN 1 Sumobito: Jago Bermain Musik, Aktif Mengajar Sejak 1994

×

Profil Sugeng Hariyanto Kepala SMPN 1 Sumobito: Jago Bermain Musik, Aktif Mengajar Sejak 1994

Sebarkan artikel ini
Sugeng Hariyanto, SPd, MPd, kepala SMPN 1 Sumobito

Desakita.co – Darah seni begitu melekat pada Sugeng Hariyanto, SPd, MPd, kepala SMPN 1 Sumobito.

Tidak hanya jago melukis seperti keahlian yang ditekuni selama ini, Sugeng juga mahir bermusik.

”Itu karena kebiasaan, saya sejak masih SMP sudah suka menggambar dan suka bermain musik,” katanya.

Pria yang lahir di Jombang 18 Agustus 1969 itu lahir di keluarga yang sederhana.

Ayahnya merupakan seorang petani, dan ibunya merupakan seorang ibu rumah tangga.

Namun keduanya berhasil mendidik dua anak hingga menjadi orang sukses.

Baca Juga: Profil Soeharto Ketua PMI Kabupaten Jombang: Perintis Berdirinya PMI Jombang, Aktif Sejak 1980

Sugeng sendiri merupakan bungsu dua bersaudara, kakaknya Anik Sutartatik merupakan kepala SDN Kedungmlati Kecamatan Kesamben.

”Tapi jangan dilihat enaknya saja, dulu penuh perjuangan untuk sampai dititik ini,” katanya.

Ia mulai pendidikannya di SDN Jombatan 1 Kecamatan Kesamben, ia kemudian melanjutkan pendidikan ke SMPN 1 Kesamben.

Lulus SMP ia sekolah di SPG Jombang atau yang sekarang dikenal sebagai SMAN 3 Jombang.

Ia terbiasa mandiri sejak SMP, menjajakan lukisan kaca karyanya door to door sembari menerima pesanan dari guru-gurunya kala itu.

Itu ia lakoni sampai lulus SPG. Hobi yang ditekuni, cukup menambah uang jajan yang diberikan kedua orang tuanya.

”Orang tua tidak pernah sama sekali meminta saya untuk bekerja atau berjualan, itu berangkat dari diri saya sendiri,” katanya.

Baca Juga: Profil Lengkap Pj Bupati Jombang Teguh Narutomo: Awali Karir Jadi Dosen Hingga Inspektur Khusus Kemendagri

Lulus SPG, ia yang hobi melukis ingin melanjutkan pendidikannya ke Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, atau yang dulu dikenal sebagtai ASRI (akademi seni rupa Indonesia).

Sayangnya keinginannya tidak direstui kedua orang tuanya.

Akhirnya, ia memilih untuk kuliah di IKIP Malang atau yang sekarang disebut Universitas Negeri Malang (UM) dengan konsentrasi Seni Rupa.

Di jenjang kuliah, pengalaman dan pengetahuannya semkakin berkembang, jam terbangnya dalam melukis juga semakin tinggi. Ia mulai melukis di kanvas dan mengikuti sejumlah pameran.

Sayangnya itu tak terlalu menjanjikan, sehingga Sugeng masih tetap berjualan lukisan door to door untuk menambah uang jajannya.

Bahkan, ia juga sering ngamen untuk dapat uang tambahan.

”Karena saya bisa main musik, kalau ada teman sambatan gak punya uang, saya ajak ngamen, dari perumahan ke perumahan, lumayan dapat tambahan uang,” jelasnya.

Baca Juga: Tak Perlu Lulusan SMA, Ini Syarat Terbaru Calon Kepala Desa Sesuai UU Desa Nomor 3 Tahun 2024

Lulus S1 tahun 1994, ia mendapatkan tawaran menjadi GTT di dua sekolah sekaligus.

Semua ia ambil, yaitu di SMPN 1 Kesamben dan SMPN 1 Kudu. Di sana, bakat musiknya mulai dikembangkan, mulai beli gitar elektrik, dan mulai menerima job dari panggung ke panggung.

”Saya basicnya di gitar melody pada awalnya, lukis tetap jalan saat itu, orang sudah datang ke rumah untuk pesan, saya tidak dagang keliling lagi,” katanya.

1997 ia menikah dengan Siti Alimah, SPd, yang saat itu juga GTT di SMPN 1 Kesamben, 1998, anak pertamanya Gagas Libertio Cahya Purnama lahir.

1999 ia ikut test CPNS dinyatakan lolos dan 2000 SK penugasannya di SMPN Kedungpring Lamongan turun.

Sembari mengajar, Sugeng juga melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Kanjuruhan Malang jurusan Pendidikan IPS.

”Awalnya mau ke ITB, tapi terkendala izin belajar saat itu,” jelasnya.

Baca Juga: Profil Lengkap Camat Mojoagung Muchtar: Kawal Pembangunan, Jaga Kesehatan dengan Gowes

Di sekolah ia intens bermusik, karirnya sebagai pelukis juga kian meredup setelah pindah ke Lamongan, lukisan yang ia bawa dan ia tawarkan tak lagi dilirik orang.

Kemudian Sugeng banting setir menjadi tukang sablon, menerima pesanan undangan, kalender, sepanduk tulisan tangan.

”Istri saya bantu di sablon itu sambil momong anak yang masih kecil, dia memang saya minta tidak lagi jadi guru setelah kami pindah ke Lamongan di sana kami ngontrak,” katanya.

Kepala sekolahnya yang mengetahui Sugeng gemar bermusik difasilitasi dengan keyboard baru.

Tujuannya agar bakatnya dikembangkan dan bisa mengiringi paduan suara sekolah, banjari dan lain sebagainya.

Sugeng yang tak pernah main keyboard harus belajar dari nol secara otodidak.

”Jaman dulu tidak ada youtube, belajar hanya meraba-raba, mencocokkan petikan gitar ke piano,” jelasnya.

Setelah ia mahir main keyboard, ia memberanikan diri untuk buka studio musik di Kedungpring, yang ia sewakan.

Usahanya laris manis, karena sebelum bermain, penyewa diajarkan dulu sehingga banyak yang berminat. ”Kalah dengan musik, sablon tidak jalan lagi,” katanya.

Saat di Kedungpring itu juga, istrinya kembali mengajar, menggantikan guru Bahasa Inggris yang kala itu cuti karena melahirkan.

Tak sengaja jadi guru lagi, istrinya diangkat sebagai GBS (guru bantu sementara) yang setahun kemudian langsung diangkat sebagai PNS tanpa test.

2006 anak keduanya, Muh Gaza Hisyam Al Amin lahir.

Baca Juga: Profil dr Hexawan Tjahja Widada Kadinkes Jombang: 5 Kali Jabat Kepala Puskesmas, Sering Dimutasi Karena Berprestasi

Saat itu juga ia mengajukan mutasi ke Jombang.

Sayangnya, hanya Sugeng yang diizinkan, sementaranya istrinya baru diizinkan satu tahun kemudian setelah SMPN Kedungpring dapat tambahan tiga guru sekaligus.

”Saya ngajar di SMPN 1 Ploso, sempat PP ke Kedungpring satu tahun, istri saya dimutasi ke SMPN 1 Kesamben, dua tahun kemudian saya mutasi juga ke SMPN 1 Kesamben,” jelasnya.

2020 ia yang lolos seleksi calon kepala sekolah, diangkat menjadi kepala sekolah di SMPN 1 Ngusikan, bersamaan dengan itu, hobi bermusiknya dari panggung ke panggung mulai ditinggalkan.

”Sudah ada rasa tidak enak, ketika saya manggung ketemu wali murid, ketemu siswa, apalagi saya statusnya sudah kepala sekolah, akhirnya saya tidak lanjutkan lagi,” ungkap pemilik nama panggung Aa Ugeng tersebut.

Sempat berhenti sebentar, setelah anak sulungnya lulus sekolah penerbangan dan ketika itu sedang pandemi, ia mendirikan grup musik sendiri.

Bedanya, anaknya yang bermain organ, Sugeng yang membawakan acara (MC).

”Baru berhenti bermusik saat 2023, setelah anak saya lolos seleksi CPNS di Jakarta, sampai sekarang berhenti total, apalagi perbendaharaan lagu juga sudah tidak banyak, tapi kalau masih acara MKKS, atau acara sekolah, masih oke lah,” kata sekretaris MKKS SMP negeri Jombang tersebut. (wen/ang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *