Desakita.co – Banjir yang menggenangi puluhan hektare lahan pertanian akibat luapan air dari Afvoer Watudakon beberapa Januari lalu mendapat perhatian dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas.
Sebagai tindak lanjut, BBWS Brantas selaku pemilik kewenangan saluran sudah menerjunkan tim melakukan survei ke lapangan.
Ketua Induk Hippa Mrican Kanan Jombang Burhanudin mengatakan, BBWS Brantas selaku pemilik kewenangan saluran bersama OPD di lingkup pemkab sudah melakukan identifikasi ke lokasi, Selasa (13/2) lalu.
”Jadi balai besar (BBWS Brantas, Red) sudah ada identifikasi ke beberapa titik Afvoer Watudakon bersama disperta sama dinas PUPR,” kata Burhanudin kepada Jawa Pos Radar Jombang.
Identifikasi dilakukan baik di wilayah hulu maupun di wilayah hilir saluran. Di antaranya di wilayah hilir saluran, yakni di sipon Watudakon berbatasan Jombang dengan Kabupaten Mojokerto.
”Lalu ke hulu sampai Desa Kedungbetik (Kecamatan Kesamben) dan terakhir di Desa Tengaran (Kecamatan Peterongan),” imbuh dia.
Menurut dia, identifikasi itu selain menindaklanjuti surat yang dikirim pihaknya juga pemkab. Saat ini pihaknya menunggu langkah tindak lanjut dari hasil survei.
”Kemarin disampaikan akan mengundang audiensi juga,” tutur dia.
Mengingat banjir akibat luapan air dari Afvoer Watudakon hampir terjadi setiap musim hujan, ia berharap ada langkah-langkah konkret yang dilakukan BBWS Brantas untuk menanggulangi banjir.
”Harapan kami balai merencanakan dengan baik dan matang supaya Afvoer Watudakon tidak banjir lagi. Sebab, kasihan petani tanamannya banyak yang rusak” kata Burhanudin.
Terpisah Kabid Sumber Daya Air (SDA) Dinas PUPR Jombang Sultoni membenarkan kegiatan survei yang dilakukan BBWS Brantas.
”Jadi, kemarin kami bersama teman-teman balai sudah ke lapangan. Intinya, ingin memastikan kondisinya bagaimana dan titik genangan ada di mana,” kata Sultoni.
Saat tim BBWS Brantas melakukan identifikasi Selasa (13/2) lalu, sudah tak ada lagi air yang menggenang ke lahan pertanian. Lantaran mayoritas sudah surut.
”Paling tidak kami sudah berupaya agar balai melakukan normalisasi, sementara kabupaten akan intervensi penanganan anak saluran supaya ada keberlanjutan atau integrasi,” ujar Sultoni.
Seperti diberitakan sebelumnya, puluhan hektare tanaman padi di Kecamatan Kesamben teredam banjir dari luapan Afvoer Watudakon.
Akibatnya, banyak petani merugi lantaran tanaman padi yang rata-rata baru mereka tanam rusak akibat terendam banjir berhari-hari. Tidak sedikit petani terpaksa melakukan tanam ulang. (fid/naz/ang)