Mengajari si kecil berpuasa? Bagaimana caranya? Rewel ndak sih? Pertanyaan seperti ini sering muncul pada orang tua dengan anak-anak yang duduk di bangku taman kanak-kanak atau kelas kecil sekolah dasar. Tapi tentu tidak semua ya. Tentu saja ini tergantung pada pola didik tiap-tiap orang tua.
Ada yang mudah saja mengajak anak-anak belajar puasa. Ada yang susah dan rewel saat diajak puasa, bahkan ada juga orang tua menerapkan siasat tawar-menawar pada anak. Wah yang ini menarik nih.
Kalau saya di sini hanya berbagi pengalaman dan opini saya tentang bagaimana melatih anak berpuasa sejak dini. Bapak ibu, anak-anak memang tidak berkewajiban untuk menjalankan puasa di bulan Ramadan seperti orang dewasa. Tetapi anak-anak wajib tahu apa makna dari puasa dan bagaimana cara puasa.
Anak-anak yang sudah memasuki dunia sekolah baik itu sekolah taman kanak-kanak atau sekolah dasar biasanya sudah lebih bisa memahami ketika kita ajak ngobrol. Sebelum kita mengajaknya ikut puasa, alangkah baiknya kita memberi pemahaman dulu apa itu puasa. Kenapa kita sebagai muslim diwajibkan puasa di bulan Ramadan.
Apa tujuan puasa, dan sebagainya dalam bentuk penyampaian yang santai dan waktu yang tepat. Tidak perlu memberi tekanan atau paksaan pada anak. Tentunya topik obrolan seperti ini harus sering diulang agar anak-anak benar-benar memahami. Bisa juga dengan menceritakan kisah-kisah masa kecil Nabi sebagai tauladan. Tentunya ini dilakukan sebelum bulan puasa ya.
Selanjutnya ketika memasuki bulan puasa, kita ajak anak-anak ikut belajar berpuasa. Nah, biasanya pada hari pertama puasa, anak-anak akan rewel saat dibangunkan sahur. Karena masih belajar berpuasa anak-anak tidak perlu dipaksa bangun untuk sahur.
Nanti saat mereka sarapan, kita bisa mengatakan “Adek sahur ya, karena masih belajar tidak apa-apa adek sahur jam 6 pagi, tapi sahur sebenarnya di jam 3 pagi. Nanti kita belajar bersama-sama ya, bangun sahur dan tidak boleh rewel”. Kata kuncinya, orang tua tidak memaksa, tapi terus memberi pemahaman.
Setelah “sahur sarapan” kita ajak berpuasa, tentu kemampuan dan kondisi anak berbeda-beda. Ada yang tahan menjalankan puasanya sampai duhur saja, ada yang sampai asar, atau bahkan ada yang sudah pinter sampai magrib. Sekali lagi dengan catatan tidak memaksa. Apa pun pencapaiannya beri dukungan dan pujian atas usahanya. Nah, yang menariknya ada orang tua yang “membayar ” puasa anak-anak dengan hadiah bahkan iming-iming uang.
Kalau menurut saya cara ini sungguh tidak efektif dan malah akan membelokkan pemahaman anak tentang makna puasa itu sendiri. Mungkin menurut sebagian orang cara ini sah-sah saja, yang penting anak mau puasa. Tapi hati-hati. Anak-anak itu unik, jangan sampai mereka berfikir berpuasa untuk mendapatkan hadiah atau uang yang pada akhirnya makna dan tujuan puasa itu sendiri mereka tidak memahami.
Bapak ibu insya Allah dengan kesabaran kita untuk terus mendukung dan memberi pemahaman pada anak suatu saat, kita akan mendengar mereka berkata “aku mau puasa sampai magrib seperti ayah dan bunda hanya karena Alloh semata ” MasyaAllah…
Cara seperti ini saya terapkan pada anak-anak saya. Dan mereka sudah terbiasa puasa penuh tanpa rewel dan drama sejak di bangku taman kanak-kanak. Yang tak kalah penting adalah kesabaran dan pemenuhan nutrisi untuk anak-anak. Semoga bermanfaat dan tetap semangat mengajarkan kebaikan pada anak-anak. (*)
Oleh: Ani Triana *)
*) Penulis adalah wali murid & komite SDN Jombatan 3 Jombang