Pendidikan

Soal Tetap Sama dengan Siswa Reguler, Begini Penilaian Sumatif Siswa Inklusif di Jombang

×

Soal Tetap Sama dengan Siswa Reguler, Begini Penilaian Sumatif Siswa Inklusif di Jombang

Sebarkan artikel ini
TETAP SEMANGAT: Siswa inklusif semangat mengikuti ujian di sekolah luar biasa (SLB) yang ada di Jombang.

Desakita.co – Penilaian sumatif akhir semester sebagian besar sekolah akan dilaksanakan mulai pekan ini di Jombang.

Siswa inklusif atau berkebutuhan khusus bakal mendapatkan jenis soal yang sama seperti siswa reguler.

Bedanya, siswa inklusif dalam mengerjakan akan mendapatkan pendampingan.

’’Jenis soalnya sama, tidak ada bedanya. Apalagi kategori inklusif di SMPN 2 Ngoro bukan yang tuna grahita,’’ kata Wiwik Astutik, kepala SMPN 2 Ngoro, kemarin.

Di SMPN 2 Ngoro ada delapan siswa berkebutuhan khusus.

Mayoritas tuna daksa dan tuna netra. Hanya satu siswa yang mengalami kelemahan dalam emosi.

’’Tapi yang anak emosional ini sangat pandai. Dia peringkat dua di kelasnya. Hanya saja dia kurang dapat mengelola emosinya. Tapi setelah menjalani banyak terapi, dia sudah jauh lebih baik,’’ urai Wiwik.

Jenis soal, jumlah soal, dan lain sebagainya sama persis seperti siswa lain.

Pendamping nanti yang akan membacakan soal dan membantu siswa untuk mengerjakan ujian.

Membantu, kata Wiwik, bukan dengan memberikan jawaban, tetap siswa yang mengerjakannya sendiri.

Dalam menghadapi siswa inklusif, Wiwik memiliki instrumen identifikasi untuk siswa berkebutuhan khusus. Sesuai dengan kategorinya masing-masing.

Dari situ, ia dapat memetakan tingkat keparahan kebutuhan siswa yang dihadapi.

’’Kita ada masing-masing instrumen identifikasinya. Ada hambatan pengelihatan, hambatan intelektual, hambatan pendengaran, hambatan fisik motorik, hambatan emosional, autism, ADHD, kesulitan belajar, slow learner, dan CIBI,’’ ulasnya.

Dalam menangani siswa inklusif, Wiwik mengaku tak memiliki tenaga khusus.

Selama ini didampingi guru bimbingan konseling (BK).

‘’Ke depan, mungkin akan kerjasama dengan SLB. Jika memang ada siswa inklusif. Sejauh ini memang belum perlu, karena mayoritas tuna daksa,’’ tambahnya.

Dalam memberikan penilaian, siswa inklusif capaian nilainya 50 persen dari siswa reguler.

’’Semua dilihat dari hasil asesmen instrumen siswa inklusif,’’ bebernya. (wen/jif/ang)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *