Desakita.co – Petani melon di Desa/Kecamatan Bandarkedungmulyo dibuat kelimpungan. Cuaca yang tak menentu memicu serangan jamur pada tanaman mereka. Akibatnya, banyak tanaman layu dan buah melon membusuk sebelum masa panen tiba.
”Banyak yang kena jamur trotol. Daunnya kuning, buahnya nggak berkembang,” keluh Wahyudi, 60, petani setempat, Jumat (19/9).
Serangan jamur mulai muncul sejak tanaman mulai berbuah. Hujan yang masih turun di musim kemarau membuat kelembapan tinggi, memicu pertumbuhan jamur. ”Kalau tidak segera disemprot, dua hari saja daunnya rusak, melonnya ikut mati,” ujarnya.
Sebagian tanaman milik Wahyudi terpaksa dibiarkan mati. Sementara yang masih bisa diselamatkan, dirawat dengan biaya tambahan. ”Ada yang sudah nggak tertolong, dibiarkan saja,” imbuhnya.
Hal serupa dialami Mastur, 56, petani lain di Desa Bandarkedungmulyo juga mengeluhkan nasib ansib tanaman melonnya. ”Desa ini paling luas tanamannya. Sekarang semua bingung,” katanya. Untuk mencegah jamur, petani harus rutin menyemprot fungisida setiap kali hujan turun. Belum lagi perawatan tambahan agar buah tak membusuk akibat kontak langsung dengan plastik berair. ”Buah yang rendah harus diganjal styrofoam atau ditarik ke atas. Kalau tidak, bisa busuk,” jelas Mastur.
Biaya tambahan untuk material dan tenaga kerja pun tak terhindarkan. Padahal masa panen tinggal dua hingga tiga pekan lagi. ”Semoga masih bisa dipanen, meski hasilnya nggak maksimal,” harapnya.
Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Bandarkedungmulyo, Ahmad Fauzi, membenarkan adanya serangan jamur fusarium. ”Penyebabnya kelembapan tinggi dan curah hujan yang masih turun, padahal sudah masuk musim kemarau,” ujarnya.
Fauzi menyebut, luas lahan melon di Kecamatan Bandarkdungmulyo mencapai lebih dari 114 hektare. Terluas berada di Desa Bandarkedungmulyo, disusul Pucangsimo, Brodot, dan Gondangmanis. ”Awal panen seharusnya mulai akhir September ini,” pungkasnya. (riz/fid)





