Desakita.co – Sosok Alfiyan Arief Mahfuzhi MPd menjadi inspirasi dalam dunia seni kaligrafi di Jawa Timur. Guru MAN 1 Jombang ini tidak hanya mengajar di sekolah formal, tetapi juga aktif membina santri mendalami seni menulis indah ayat suci Alquran. Bagi Alfiyan, kaligrafi bukan sekadar seni, melainkan media syiar Alquran yang dapat membawa nilai dakwah.
Nama Alfiyan di bidang lomba kaligrafi cukup diperhitungkan. Dia konsisten meraih prestasi setiap tahun. Bahkan bisa lebih dari satu prestasi dalam setahun. Keindahan karyanya dikenal banyak kalangan, karena sering ikut event nasional maupun internasional.
Lahir di Mojokerto, 5 Februari 1995, Alfiyan besar di Desa Kauman, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang. Ia mengawali pendidikan di RA Darul Ulum Kudu, MI Darul Ulum Tapen Kudu dan MTsN 5 Jombang. Kemudian di MAN 3 Jombang lulus 2013. Dia juga nyantri di Ribath AlRoudloh PP Bahrul Ulum Tambakberas .
Sejak kelas 11, ia mulai serius menekuni seni kaligrafi. ’’Awalnya saya merasa tidak punya bakat, tapi karena senang, akhirnya saya terus belajar. Kuncinya niat dan cinta terhadap kaligrafi,’’ ungkapnya.
Ia kerap mengikuti berbagai lomba kaligrafi tingkat Jawa Timur. Salah satu pencapaian terbaiknya, Juara 1 Kaligrafi tingkat Jawa Timur, yang kemudian membawanya lolos jalur prestasi ke Universitas Negeri Malang (UM). Di kampus ini, ia mendapatkan beasiswa hingga lulus, karena setiap semester menyumbangkan prestasi. ’’Alhamdulillah, setiap semester saya bisa memenuhi target, minimal juara tingkat provinsi,’’ tuturnya.
Setelah menamatkan S1 Pendidikan Seni Rupa pada 2017, ia melanjutkan S2 di bidang yang sama dan lulus pada 2021. Sejak itu, Alfiyan resmi mengajar di MAN 1 Jombang. Ia juga aktif membina santri di Sekolah Kaligrafi Alquran (Sakal)’ Denanyar. Ini pondok khusus untuk anak-anak dan santri yang ingin memperdalam seni tulis Alquran.
Kini, Alfiyan menetap di Desa Kunjang, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, bersama istri tercinta Hilmah Nur Kholidah dan putra mereka Muhammad Ahsan Nadhif. Putra dari pasangan Sugiono dan Mudzakiriyah ini mengaku motivasinya dalam menekuni kaligrafi sangat sederhana. ’’Kaligrafi itu bagian dari firman Allah, Alquran. Jadi tujuan saya hanya satu: menjadikan seni kaligrafi sebagai jalan syiar Alquran,’’ tegasnya.
Menurutnya, bakat bukanlah faktor utama dalam belajar kaligrafi. Yang terpenting niat, kesungguhan, dan cinta terhadap Alquran. Dengan prinsip itu, ia ingin terus melahirkan generasi muda yang tidak hanya piawai dalam seni kaligrafi, tetapi juga mampu menjadikannya sarana dakwah yang menyejukkan.
Pendidik yang Masih Semangat Belajar
Menjadi seorang guru bukan berarti berhenti belajar. Hal ini dibuktikan Alfiyan Arief Mahfuzhi MPd, guru seni budaya di MAN 1 Jombang yang hingga kini tetap menjaga semangatnya untuk menimba ilmu. Terutama dalam bidang seni kaligrafi.
’’Pesan guru yang selalu saya pegang dan saya ingat; Ketika sudah menjadi pengajar, mau tidak mau tetap harus belajar,’’ ungkapnya.
Sejak awal kuliah di Universitas Negeri Malang (UM) 2013, Alfiyan sudah menunjukkan potensi besarnya. Ia langsung direkrut menjadi pembina di UKM Alquran Study Club, sebuah unit kegiatan mahasiswa yang membina berbagai bidang lomba seperti tartil, syarhil, cerdas cermat, hingga kaligrafi. ’’Saya direkrut sejak awal masuk kuliah, karena memang jalur prestasi. Dari situ saya dipercaya menangani pembinaan lomba,’’ kenangnya.
Di tengah kesibukan kuliah, Alfiyan juga berusaha mandiri dengan mengajar di berbagai sekolah. Tercatat lebih dari empat sekolah ia tangani, meski saat itu dirinya masih berstatus mondok di Pesantren Miftahul Huda Gading, Klojen, Malang. ’’Saya mondok di Malang selama sembilan tahun, sejak S1 hingga S2. Di sela-selanya saya tetap mengajar seni budaya dan ekstrakurikuler,’’ ujarnya.
Setelah menamatkan pendidikan magister pada 2021, Alfiyan pulang ke Jombang dan diterima sebagai guru seni budaya di MAN 1 Jombang. Kini, selain mengajar di kelas, ia juga aktif sebagai sekretaris pengurus asrama putra MAN 1 Jombang, serta membina ekstrakurikuler Banjari dan Kaligrafi.
Ketika sudah menjadi pengajar, mau tidak mau tetap harus belajar. Prinsip inilah yang membuatnya tidak berhenti menimba ilmu. Ia masih nyantri di Sekolah Kaligrafi Alquran (Sakal) Denanyar sambil mengajar di sana. Bahkan, ia juga aktif mengajar kaligrafi di Pondok Al Hikmah Kediri.
’’Semangat belajar itu tidak boleh padam. Mengajar sekaligus belajar, itu cara saya agar tetap bisa berkembang,’’ tegasnya. (wen/jif)